Saudara mahasiswa, bagaimana kabar Anda saat ini? Semoga Anda selalu sehat sehingga dapat mempelajari materimodul dengan baik.Saat ini Anda tengah
berada pada Kegiatan Belajar 1 dalam Modul 1 mata kuliah Pedagogik. Kegiatan Belajar 1 akan menyajikan materi terkait Konsep Dasar, Rasional, dan Landasan Ilmu Pendidikan. Bagaimana, Anda sudah siap ? Bagus! Saudara mahasiswa, kita ketahui bersama bahwa praktik pendidikan yang diperankan oleh pendidik adalah dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar mampu mewujudkan dirinya sesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaannya. Dengan demikian sebagai pendidik professional Anda perlu melakukan segala tindakan yang terarah kepada tujuan, yaitu agar peserta didik mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan perannya berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakui dalam masyarakat. Ingat bahwa praktik pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia, bersifat normatif dan harus dapat dipertanggung jawabkan.
Sehubungan dengan hal tersebut,kegiatan belajar 1 ini menyampaikan Konsep, rasional dan landasan ilmu pendidikan sebagaibekal bagi pendidikprofesional dalam melaksanakan praktik pendidikan. Sebagai pendidik profesional melaksanakan praktikpendidikan tidaklah boleh dilaksanakan secara sembarangan tanpa landasan yang jelas.Namun, pelaksanaannya harus didasari konsepyang kuat dan terencana. Artinya, praktik pendidikan haruslah memiliki suatu landasan yang kokoh, jelas dan tepat. Landasan pendidikan memberikan pondasi yang kuat bagi pendidik profesional untuk menjalankan perannyasebagai pendidik sehinggadapat menentukan tujuan yang jelas dan terarah, menetapkan isi kurikulum yang tepat dan mampu melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan sebagai upaya menjadikan peserta didik sebagai individu yang utuh dan mencapai hakikat tujuan
pendidikan. Penguasaan Anda terhadap materi dalam Kegiatan Belajar 1 ini, akan menjadi titik tolak dalam menetapkan suatu tujuan pendidikan, memilih isi pendidikan dan menentukan cara-carayang baik dalam pendidikan. Dengan demikian praktik pendidikan Anda menjadi mantap, sesuai dengan fungsi dan sifatnya serta betul-betul dapat dipertanggungjawabkan.
Saudara mahasiswa, agar Anda dapat menguasai materi Kegiatan Belajar 1 ini dengan baik dan berhasil mencapaicapaian pembelajaran yang telah dirumuskan, maka Anda perlu ikuti petunjuk belajar berikut ini:
a. Sebelum membacamateri modul dalamKB 1 ini, renungkan terlebihdahulu apa yang menjadi capaian pembelajaran dalam modul agar terbangun rasa tanggung jawab dan kesepenuhhatian dalam belajar.
a. Bacalah materi modul dengan cermat dan seksama, serta tambahkan catatan- catatan seperlunya untuk membantu ingatan Anda.
b. Cermati dan kerjakan tugas yang diberikan dalam modul dengan sungguh- sungguh. Jangan lupa gunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah Anda miliki sebelumnya.
c. Kerjakan tes formatif yang diberikan seoptimal mungkin dan gunakan rambu-rambu jawaban untuk mengetahui seberapa tingi ketuntasan belajar Anda.
d. Jangan lupa membuat catatankhusus yang Anda pandang pentingselama mempelajari isi modul.
Selamat belajardan semoga Anda berhasil denganbaik……!
1. Capaian Pembelajaran
Saudaramahsiswa, Modul 1 Kegiatan Belajar1 ini membahas materi tentangKonsep Dasar, Rasional,dan Landasan Ilmu Pendidikan. Materitersebut diuraikan secara rinci agar dapat memfasilitasi Anda dalam upaya mencapai kemampuan menerapkan berbagai landasan ilmu pendidikan dalam praktik pendidikan untuk mendukung tugas Anda sebagai pendidik yang memesona yang dilandasi sikap cinta tanah air, berwibawa, tegas, disiplin, penuh panggilan jiwa, samapta, disertai denganjiwa kesepenuhhatian dan kemurahhatian.
2. Sub Capaian Pembelajaran
Adapun sub capaian pembelajaran untuk mendukung capaianpembelajaran tersebut di atas adalah:
a. Menjelaskan konsep dasar dan rasional perlunyalandasan pendidikan sebagaidasar dalam praktik pendidikan.
b. Menjelaskan berbagai landasanilmu pendidikan
c. Menerapkan berbagai landasanilmu pendidikan dalam praktik pendidikan
3. Pokok-pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan disampaikan dalam kegiatan belajar1 dalam modul 1 mata kuliah Pedagogik ini adalah:
a. Konsep dasar,rasional, ilmu pendidikan
b. Landasan-landasanilmu pendidikan
c. Penerapan berbagai landasanilmu pendidikan dalampraktik pendidkkan
4. Uraian materi
a. Konsep Dasar dan RasionalIlmu Pendidikan
SaudaraMahasiswa, sebelum kita mengkaji tentangberbagai landasan pendidikan, terlebih dahulu kita perlu membahas konsep pendidikan dan rasional perlunya pendidikan untuk memudahkan kita memahami bahasanselanjutnya.
Berbicara tentang pendidikan tidak dapat terlepasdari pembahasan tentangmanusia yang memilikikedudukan sebagai subjek dalam pendidikan. Sebagai subjek pendidikan, manusia memiliki banyak definisi salah satunya dijelaskan oleh Notonagoro yang mendefinisikan manusiasebagai makhluk monopluralis sekaligus monodualis (Dwi Siswoyo, 2007: 46-47). Sebagai makhluk monopluralis berarti manusia itu mempunyai banyak unsur kodrat (plural) yaitu jiwa dan raga, namun merupakan satu kesatuan (mono). Di sisi lain, manusia juga sebagai makhluk monodualis yaitu makhluk yang terdiri dari dua sifat yaitu sebagaimakhluk pribadi dan sosial (dualis), tetapi juga merupakan kesatuan yang utuh (mono).
Driyarkara (1969:7) mejelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang berhadapan dan menghadapi dirinyasendiri, bisa bersatudan bisa mengambiljarak dengan dirinya sendiri. Manusia merupakan makhluk yang dapat merubah dirinya melalui suatu keadaan dan dapat pula merubah keadaan melalui perannya. Oleh karena itu, manusia memiliki kemampuan memberikan aksi dan reaksi terhadap situasi atau alam kondrat yang dihadapinya.
Sebagai individu, manusia mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Hal itulah yang menjadikan manusiabersifat unik. Perbedaanini dapat kita lihat dari berbagai aspek diantaranya berkaitandengan postur tubuhnya,kemampuan berpikirnya, motivasinya, minat dan bakatnya, dunianya, cita-citanya, pretasinya, hingga peran sosialnya, dan lain sebagainya. Perbedaan itulah yang menjadikan manusia memiliki karakteristik yang khas yang mencerminkan sifat kemanusiaanya. Adapun hakekat manusia menurut Sumantri & Yatimah (2015: 3- 4) dapat dilihatmelalui beberapa aspek, yaitu: 1) berdasarkan asal-usulnya sebagai makhluk Tuhan, 2) struktur metafisiknya manusia sebagai kesatuan jasmani dan rohani, serta 3) karakteristik dan makna eksistensinya di dunia yang bisa dilihat sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk berbudaya, makhluk susila, dan makhluk beragama.
Padaprinsipnya untuk mempertahankan eksistensinya manusia selaluterlibat dengan fenomena pendidikan baik disadari ataupun tidak, bahkan Syarifudin dan Kurniasih (2014: 3) memberikan definisi pendidikan adalah hidup itu sendiri. Hal tersebut memilikimakna bahwa manusiayang hidup pasti akan memperoleh segala
pengalaman (belajar) dari berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangannya. Lebih lanjut Dwi Siswoyo dkk (2007: 37) menjelaskan bahwa pendidikan itu terselenggara dalam rangka untuk mengembangkan segenappotensi kemanusiaan ke arah yang positif sehinggamanusia menjadimakhluk yang berbudaya. Di sisi lain, manusia memilikitanggung jawab untuk membina masyarakat, memelihara alam lingkungan, membina kerukunan hidup bersama, dan memelihara martabatkemanusiaannya (human dignity). Sifat-sifat positif kemanusiaan itu harus terus diwariskan oleh manusia secara turun-temurun, sehinggasepatutnya dalam diri manusia perlu dimiliki kemampuan mengasuh, mengajar, dan mendidik apalagi jika manusia tersebut adalah seorangpendidik.
Pendidikan diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar orang tersebut mencapaikedewasaan (Winkel;2012). Dalam bahasa Yunani pendidikan juga dikenal dengan istilah “Paedagogiek” (pedagogik) yang artinya ilmu menuntun anak. Pedagogik juga berarti teori mendidik yang membahas apa dan bagaimana mendidik yang sebaik- baiknya. Carter V. Good (Syam dkk, 2003) menjelaskan istilah Pedagogy atau pendidikan dalam dua hal, yang pertama pendidikan adalah seni, praktek, atau profesipengajaran. Kedua, pendidikan adalah ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode mengajar, pengawasan dan pembimbingan pesertadidik. Kegiatan mendidikdiartikan sebagai upaya membantuseseorang untuk menguasaianeka pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai yang diwarisi dari keluarga dan masyarakat (ArifRohman, 2011:5). Mendidikjuga bisa diartikan sebagai tindakan merealisasikan potensi seseorang yang dibawa sewaktu lahir. Pendidikan sendiri berlangsung melalui dan di dalam pergaulan, namun tidak semua pergaulan bersifat mendidik atau dapat dikatakan bersifatpedagogik. Pergaulan akan bersifat pedagogik apabila pendidik atau orang dewasa bertujuan memberikan pengaruh positif kepada seseorang dan pendidik juga memiliki wewenangterhadap orang tersebut.
TahukanAnda bahwa kemampuanmendidik tidak serta merta dimilikidengan sendirinya? Untuk memiliki kemampuanmendidik tersebut diperlukan
penguasaan konsep yang benar tentangkegiatan mendidikan disertaidengan kemampuan melakukan praktiknya. Oleh karenaitu, ilmu pendidikan hadir sebagai ilmu yang khusus mempelajari fenomena pendidikan. Arif Rohman (2011: 13) mendefinisikan ilmu pendidikan sebagaiilmu yang mempelajari suasana dan prosespendidikan yang berusahamemecahkan masalah yang terjadi di dalamnya sehinggamampu menawarkan pilihantindakan mendidik yang efektif. Syarifudin (2006: 41) mendefinisikan ilmu pendidikan sebagai sistem pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang dihasilkan melaluipenelitian dengan menggunakan metode ilmiah. Ilmu pendidikan juga dapat dikatakansebagai seni, karena dalam penerapannya melibatkan emosi, kreatifitas, dan dimensi-dimensi kemanusiaanlainnya selain hal-hal metodis seperti prinsip dan aturan dalam mendidik dan mengasuh.
Berkaitan dengan kemampuan mendidik di Indonesia telah diatur dalam UU no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pemahamanterhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Melalui kompetensiini pendidik dituntutuntuk memiliki kemampuandan trampil dalam melihat karakteristik peserta didik dari berbagai aspekkehidupan, baik itu moral, emosional maupun intelektualnya. Implikasi dari kemampuan ini tentunya dpat terlihat dari kemampuan pendidik dalam menguasai prinsip-prinsip belajar mulai dari teori belajar hingga penguasaan bahan ajar.
Mengapa kompetensi pedagogik menjadi kompetensi yang penting dalam profesi sebagaipendidik? Hal tersebutdikarenakan kompetensi pedagogikmerupakan kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan memilihberbagai tindakan yang paling baik untuk membantuperkembangan peserta didik. Kompetensi pedagogikakan menghindarkan seorangpendidik profesional melakukan kegiatan pembelajaran yang bersifat monoton dan bersifat demagogik, dan membuat peserta didik kehilangan minat serta daya serap dan konsentrasi belajarnya.
Saudara mahasiswa, dalam rangka menghadapi era disrupsi abad 21 dan revolusi industri4.0 seorang pendidikdituntut untuk mampu beradaptasi menghadapi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuam yang luarbiasa sehingga diperlukan pendidikyang mampu bersaingbukan hanya kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak. Guru yang kompetenadalah guru yang menguasai softskill atau pandai berteori saja, melainkan juga kecakapan hardskill. Adanya keseimbangan kompetensi tersebut menjadikan guru sebagai agen perubahan mampu menyelesaikan masalah pendidikan atau pembelajaran yang dihadapi sebagai dampak kemajuan zaman. Pendidik yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah pendidik yang profesional yang memiliki kualifikasi akademikdan memiliki kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosialyang berkualitas dan seimbang antara softskill dan hardskill. Untuk mempelajari lebih lanjut materi tentang konsep dan rasional landasan pendidikan Anda dapat mengakses link berikut: http://bit.ly/36IURE7
b. Landasan Ilmu Pendidikan
Setelah Anda memahami konsep dan rasionalilmu pendidikan, pembahasankita selanjutnya adalahmengenai landasan ilmu pendidikan. Anda pasti tidakasing lagi dengan kata “landasan” bukan? landasan mengandung arti sebagai dasar atau tumpuan. Istilah landasan dikenalpula sebagai fondasi.Mengacu pada arti kata tersebut maka dapat dipahamibahwa landasan merupakansuatu dasar pijakanatau fondasi tempat berdirinya sesuatu.Berdasarkan sifatnya, landasandibedakan menjadi dua jenis yaitu landasan yang bersifat material dan konseptual (Robandi, 2005: 1). Landasan materiallebih bersifat fisik atau berwujudseperti sarana prasarana, peserta didik, dan lingkungan, sedangkan landasan konseptual lebihbersifat asumsi atau teori-teori, contohnya adalah UUD 1945 dan teori pendidikan. Dengan berpegang teguh pada landasanpendidikan yang kokoh, setidaknya kesalahan-kesalahan konseptual dalam pendidikan yang merugikan dapatdihindari, sehingga pada praktiknya pendidikan dapat berjalan sebagaimana fungsinya dan dapatdipertanggungjawabkan. Dalam praktikpendidikan, sebagai pendidik
profesional semestinya mampu melaksanakan peranan sesuai semboyan “tut wuri handayani”. Untuk itu para guru idealnya memahami dan meyakini asumsi-asumsi dari semboyan tersebut. Sebab jika tidak, sekalipun tampaknya pendidik tersebut sepertimelaksanakan peranan sesuai semboyan “tut wuri handayani” namun perbuatannya tidak mencerminkan daris emboyan tersebut.Bahkan mungkin bersikapbertentangan, misalnya pendidiktidak menghargai perbedaandan keunikan yang dimiliki oleh peseta didik dan merasa sebagai penguasa tunggal dalam pembelajaran. Sebaliknya, jika pendidik memahami dan meyakini asumsi- asumsi dalam semboyan “tut wuri handayani”, yaitu kodrat alam dan kebebasan siswa, maka pendidik akan dengan sadar dan mantap melaksanakan peranannya. Berdasarkan contoh tersebut jelas kiranya bahwa asumsi atau landasan pendidikan akanberfungsi sebagai titik tolak atau acuan bagi para pendidikprofessional dalam melaksanakan praktik pendidikan. Pada bagian ini, Anda akan belajar mengenai macam-macam landasan konseptual ilmu pendidikan yang terdiri dari landasan filosofis, landasan empiris, yuridis, dan landasan religi.
1) Landasan Filosofis
Landasan filosofis pendidikan adalah pandangan-pandangan yang bersumber dari filsafat pendidikan mengenai hakikat manusia, hakikatilmu, nilai serta perilaku yang dinilai baik dan dijalankan setiap lembaga pendidikan. Filosofis artinya berdasarkan filsafat pendidikan (Umar & Sulo 2010: 97). Filsafat (philosophy) berasal dari kata philos dan shopia.Philos berarti cinta dan shopia berarti kebijaksanaan, pengetahuan dan hikmah dalam Rukiyati (2015: 1). Filsafatmenelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupandan dunia. Dalam pendidikan yang menjadi pokok utama adalah manusia, maka landasan filosofis pendidikan adalah untuk menjawabapa sebenarnya hakikatmanusia. Berdasarkan sudutpandang pedagogik, sebagaimana dikemukakan oleh M.J Langeveld (1980) pendidikan berlangsung dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak atau orang yang belumdewasa dalam suatu lingkungan. Anak atau orang yang belum dewasa adalahsebagai sesuatu “kemungkinan”
yang pada dasarnyabaik. Menurut Langevelddalam perjalanannya manusia bisa menjadi baik atau tidak baik, sehingga pendidikanlah yang memiliki andil untuk menjadikannya baik.
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kepribadian individu yang lebih baik (pedagogik) dan ke arah yang positif.Pendidikan sama sekali bukan untuk merusak kepribadian anak atau membawamereka ke arah yang negatifseperti memberi bekal pengetahuan atau keterampilan bagaimana menjadi penjahat, pencuridan sebagainya (demagogik). Teori- teori pendidikan seperti essensialisme, behaviorsisme, perenialisme, progresivisme, rekronstruktivisme dan humanisme merupakan teori yang berdasarkan pada filsasat tertentu yang akan mempengaruhi konsep dan praktik pendidikan (Umar & Sulo 2010: 88).
Esensialisme merupakan mahzab filsafatpendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara eklektis. Berdasarkan eklektisme tersebutmaka esensialisme menitik-beratkan penerapan prinsip-prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan prinsip- prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasar tinjauan yang realistis seperti dalam bidang matematika, karena matematika adalah alat menghitung dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata.
Perenialisme hampir sama dengan essensialisme, tetapi lebih menekankan pada keabadian atau ketetapan atau kenikmatan yaitu hal-hal yang ada sepanjangmasa (Imam Barnadib1988:34). Perenialisme mementingkan hal-hal berikut: (a) pendidikan yang abadi; (b) inti pendidikan yaitu mengembangkan keunikan manusia yaitu kemampuan berfikir; (c) tujuan belajar yaitu untuk mengenal kebenaran abadi dan universal; (d) pendidikan merupakan persiapan bagi hidup yang sebenarnya; (c) kebenaran abadi diajarkan melalui pelajaran dasar yang mencakupbahasa, matematika, logika dan IPA dan Sejarah.
Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusiaakan mengalami perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan pendidikan
progresif mengembangkan teori pendidikan yang berdasar pada beberapa prinsip. Progresivisme menggunakan prinsip pendidikan sebagai berikut :
(a) Proses pendidikan ditemukan dari asal, tujuan dan maksud yang ada pada siswa termasuk di dalamnya minat siswa; (b) siswa itu aktif bukan pasif; (c) peran guru sebagai penasehat, pemberi petunjuk, dan mengikuti keinginan siswa, bukan otoriterdan direktur di kelas; (d) sekolah merupakanbentuk kecil dari sebuah masyarakat; (e) aktifitas kelas berpusat pada problem solving bukanmengajarkan berbagai mata pelajaran; (f) suasana sosial kelas kooperatif dan demokratis.
Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progesif dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini di sekolah tetapi haruslah mempelopori masyarakat ke arah masyarakat baru yang diinginkan. Dalam pengertian lain, rekonstruksionisme adalah mahzab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah atau lembaga pendidikan sebagaipelopor perubahan masyarakat.
Behaviorisme memiliki beberapa akar atau sumber ideologi atau filsafat yaitu realisme dan positivisme. Behaviorisme pendidikan memandang perilaku siswa ditentukan oleh stimulus dan respon. Tokoh dari konsep ini adalah Pavlov,Skinner dan Thorndike. Humanisme merupakan kelanjutan dari prinsip progresivisme karena telah menganut banyak prinsip dari aliran tersebut seperti pendidikan yang berpusat pada siswa, guru tidak otoriter fokus terhadap aktivitas dan partisipasi siswa.
Pancasila sebagaimana yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan filosofis pendidikan Indonesia (Arif Rohman, 2013). Hakikat hidup Bangsa Indonesia adalah berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan perjuangan yang didorong oleh keinginan luhur untuk mencapai dan mengisi kemerdekaan, selanjutnya yang menjadi keinginan luhurBangsa Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 2 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang“Sistem Pendidikan Nasional”menjelaskan bahwa
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tujuan pendidikan Bangsa Indonesia yaitu pembentukan manusia Indonesia yang ideal yaitu manusia seutuhnyayang diwarnai oleh sila-sila Pancasila. Manusia ideal adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudipekerti luhur, memilikipengetahuan dan keterampilan, kesejahteraan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan ini mengoperasionalkan manusia Indonesia seutuhnya dan juga mengoperasionalkan wujud sila- sila dalam diri pesertadidik. Perlu ditegaskan bahwa pengamalan Pancasiladalam bidang pendidikan seharusnya menyeluruh dan utuh mencerminkan lima sila dalam Pancasila sebagai yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Sedangkan ketetapan MPR RI No II/1978tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila menegaskan pula bahwa pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud BangsaIndonesia dan masyarakat yang dianggap baik. Sumber dari seluruh sumber nilai yang diyakini menjadi pangkal serta bermuaranya setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan. Dengan kata lain, pancasila sebagai sumber sistem nilai dalam pendidikan.
Seperti kita ketahui bahwa pendidikan itu memiliki objek telaah, bertujuan, memiliki kegiatan dan metode, yang secara detaildibahas dalam filsafat ontologi, aksiologi dan epistemologi. Secara ontologi pendidikan memiliki objek telaah yang riil yaitu manusia. Ontologi sendiri diartikan sebagai suatu cabang filsafat atau ilmu yang mempelajari suatu yang ada atau berwujudberdasarkan logika sehiggadapat diterima oleh akal manusiayang bersifat rasionaldapat difikirkan dan sudah terbuktikeabsahaanya. Aspek ontologidari pendidikan haruslahdiuraikan secara
metodis, sistematis, koheren,rasional, komprehensif, radikal,serta universal.
Jika dilihat dari sudut pandangfilsafat aksiologi, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan ke arah yang positif. Aksiologi sendiridapat diartikan sebagaiilmu yang mempelajari tentang tujuan ilmu pengetahuan atau hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan. Aksiologi juga dipahami sebagai teori nilai yang menggunakan penilaian etika dan estetika. Etika berfokus pada perilaku, norma dan adat istiadat manusia, sedangkan estetika membahas tentangnilai keindahan. Suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifatselaras serta berpolabaik melainkan harus juga mempunyaikepribadian.
Epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber,metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Objek material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakekat pengetahuan. Landasan epistimologi pendidikan adalah pandangan-pandangan yang bersumber dari cabang filsafat epistimologi yang disebut juga teori mengetahui dan pengetahuan (Kadir, 2015). Epistimologi erat kaitannya dengan pendidikan khususnya untukkegiatan belajar mengajardi kelas. Epistimologi membahas konsep- konsep dasar yang sangat umum dari proses mengetahui sehingga erat kaitannya dengan metode pengajaran dan pembelajaran.
Guru-guru di dalam kelas memberikan berbagai jenis pengetahuan sesuai dengan disiplin ilmunyamasing-masing. Dalam praktikpembelajaran alangkah baiknya apabila guru mengetahui berbagai jenis pengetahuan yang diberikannya, apa sumber pengetahuan tersebut dan bagaimana tingkat kepercayaan terhadap pengetahuan tersebut. Hal ini akan membantu guru untuk menyeleksi bahan ajar dan penekananya pada materi tertentu dalam mengajar.
Terdapat empat jenis pengetahuan menuruttaksonomi Bloom (LorinW Anderson & David R. Krathwohl, 2010). Jenis-jenis pengetahuan
tersebut meliputi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa ketika akan mempelajari disiplinilmu atau menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Pengetahuan faktual terdiri dari dua sub jenis: (a) Pengetahuan tentangterminologi. Pengetahuan ini melingkupi pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan nonverbal (misalnya, kata, angka, tanda dan gambar),(b) Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi dan semacamnya. Pengetahuan ini meliputi informasiyang mendetail dan spesifik.
Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi dan hubungan antar dua atau lebih kategori atau klasifikasi pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan konseptual meliputiskema, model mental, atau teori yang implisit atau eksplisit dalamberagam model psikologi kognitif.Pengetahuan konseptual terdiridari tiga sub jenis: (a) Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori. Pengetahuan ini meliputikategori, kelas, divisi dan susunanyang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Perlunya klasifikasi dan kategori dapat digunakan untuk menstrukturkan dan mensistematisasikan fenomena. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori lebih umum dan sering lebih abstrak daripada pengetahuan tentang terminologi dan fakta-fakta yang spesifik.
(b) Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi. Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Umumnyamerupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplinilmu dan digunakanuntuk mengkaji fenomenaatau menyelesaikan masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi mencakuppengetahuan tentang abstraksi-abstraksi tertentu yang meringkas hasil- hasil pengamatan terhadapsuatu fenomena. (c) Pengetahuan tentangteori, model, dan struktur. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi serta antara keduanyayang menghadirkan pandangan
yang jelas, utuh dan sistemik tentang sebuah fenomena, masalah, atau materi kajian yang kompleks.Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakuppengatahuan tentang berbagaiparadigma, epistemologi, teori dan model yang digunakan dalam disipin-disiplin ilmuuntuk mendeskripsikan, memahami,menjelaskan dan memprediksi fenomena.
Pengetahuan prosedural meliputi bagaimana melakukan sesuatu, mempraktikkan metode-metode penelitian, dan kriteriakriteria untuk menggunakan ketrampilan, algoritma, teknik dan metode. Pengetahuan prosedural bergulat dengan pertanyaan “bagaimana”, dengan kata lain pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang beragam proses. Pada pengetahuan ini terdiri dari tiga subjenis: (a) Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentudan algoritme. (b) Pengetahuan tentanteknik dan metode dalam bidang tertentu. Pengetahuan ini mencakuppengetahuan yang umumnyamerupakan hasil konsensus, kesepakatan atu ketentuan dalam disiplin ilmu, bukan hasil pengamatan atau eksperimen atau penemuan langsung. Pada umumnya pengetahuan ini menunjukkan bagimana para ilmuan dalam bidang mereka berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah, bukan hasil penyelesaian masalah atau pemikiran. (c) Pengetahuan tentang kriteriauntuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan tentangkognisi secara umum dan kesadarandan pengeahuan tentangkognisi diri sendiri.Pada pengetahuan ini meliputi tiga subjenis.
(a) Pengetahuan strategis. Pengetahuan strategis merupakan pengetahuan perihal strategi-strategi belajar dan berpikir serta pemecahan masalah.Pengetahuan ini mencakupstrategi-strategi umum umum untuk menyelesaikan masalah (problem solving) dan berpikir. (b) Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif. (c) Pengetahuan diri. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam kaitannya kognisidan belajar.
2) Landasan Yuridis
Landasan yuridis pendidikan adalah aspek-aspek hukum yang mendasaridan melandasi penyelenggaraan pendidikan (Arif Rohman,2013). Pendidikan tidak berlangsung dalam ruang hampa melainkan ada dalam lingkungan masyarakat tertentu dengan norma dan budaya yang melekat di dalamnya. Oleh karena itu, pendidikan melekatpada masyarakat, kemudianmasyarakat tersebut menginginkan pendidikan yang sesuai dengan latar belakangnya. Supaya pendidikan tidak melenceng dari jalurnya maka perlu diatur dalam regulasi yang berlaku di masyarakat/negara. Sistem pendidikan di Indonesia diatur oleh Undang- Undang Dasar 1945 yang kemudian dijabarkan dalam peraturan-peraturan hukum lainnya seperti,Undang-Undang Dasar RepublikIndonesia, ketetapan MPR. Undang-Undang, PeraturanPemerintah pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, KeputusanPresiden dan peraturan pelaksana lainnya seperti Peraturan Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lain. Aturan sistem pendidikan tersebut tetap didasarkan pada falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Berikut ini beberapa landasan hukum sistem pendidikan di Indonesia (Hasbullah, 2008):
a) Pasal 31 UUD 1945 tentang Pendidikan Nasional
(1) Ayat 1 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
(2) Ayat 2 menyatakan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
(3) Ayat 3 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
(4) Ayat 4 menyatakan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD
untuk memenuhi kebutuhanpenyelenggaraan pendidikan nasional.
(5) Ayat 5 menyatakan bahwa pemerintah memajukanilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia
b) Undang-Undang tentangpokok pendidikan dan kebudayaan
(1) UU No 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 dan 2
(a) Ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan prosespembelajaran agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsadan negara.
(b) Ayat 2 menyatakan bahwa pendidikan nasionalialah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1045 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
(2) UUNo 14 Tahun 2005 tentangGuru dan Dosen.Undang-undang ini memuat 84 pasal tentang ketentuan profesi guru dan dosen di Indonesia
(3) UU No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
c) Peraturan Pemerintah
(1) Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 tentang StandarNasional Pendidikan (SNP).
(2) Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2006 tentang standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
(3) Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2006 Tentang StandarKompetensi Lulusan.
(4) Peraturan Pemerintah No 74 Tahun2008 Tentang Guru.
(5) Peraturan MenteriNo. 13 Tahun 2007 TentangKepala Sekolah.
(6) Peraturan Menteri No 16 Tahun 2007 dan No 32 Tahun 2008 tentangGuru.
(7) Peraturan Menteri No 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan.
(8) Peraturan MenteriNo 20 Tahun 2007 tentangStandar Penilaian.
(9) Peraturan Menteri No 24 Tahun 2007 dan Permen No. 33 Tahun 2008tentang Standar Sarana dan Prasarana.
(10) Peraturan MenteriNo 41 Tahun 2007 tentangStandar Proses.
(11) Peraturan MenteriNo 47 Tahun 2008 tentangStandar Isi.
(12) Peraturan MenteriNo 24 Tahun 2008 tentangTU.
(13) Peraturan MenteriNo 25 Tahun 2008 tentangPerpustakaan.
(14) Peraturan MenteriNo 26 Tahun 2008 tentang Laboratorium.
3) Landasan Empiris
a) Landasan Psikologis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan, yang pemanfaatannya untuk kepentingan individu atau manusia baik disadariataupun tidak, yang diperoleh melaluilangkah-langkah ilmiah tertentu serta mempelajari penerapan dasar-dasar atau prinsip- prinsip, metode, teknik, dan pendekatan psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan (Santrock, 2017). Proses kegiatan pendidikan melibatkan kegiatan yang menyangkut interaksikejiwaan antara pendidikdan peserta didikdalam suasana nilai- nilai budaya suatu masyarakat yang didasarkan pada nilia-nilai kemanusiaan. Pendidikan selalu melibatkan aspek- aspek yang tidak dipisahkan satu sama lain yaitu aspek kejiwaan, kebudayaan, kemasyarakatan, norma-norma, dan kemanusiaan.
Landasan psikologi dalam pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari studi ilmiah tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentuuntuk mengenali dan menyikapi manusiayang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan (Robandi,2005:25). Pendidikan harus mempertimbangkan aspek psikologi pesertadidik sehingga pesertadidik harus di pandang sebagaisubjek yang akan berkembang sesuaidengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Sekurang- kurangnya terdapat tiga prinsip umum perkembangan peserta didik sebagai manusia yaitu (1) perkembangan setiap individu menunjukan perbedaan dalam kecepatan dan irama; (2) perkembangan berlangsung relatif, teratur dan (3) perkembangan berlangsung secara bertahap.
Landasan psikologi pendidikanmencakup dua ilmu yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologiperkembangan adalah ilmu-ilmuyang mempelajari tingkahlaku individu dalam perkembangannya meliputiperkembangan fisik, psikologi, sosial, emosional, emosi dan moral.Terdapat tiga teoripendekatan tentang perkembangan menurut Syaodih (2004) yaitu (1) Pendekatan Pentahapan. Perkembangan individu berjalanmelalui tahapan-tahapan tertentu.Pada setiap tahap memiliki ciri-cirikhusus yang berbedadengan ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain. (2) Pendekatan Diferensial. Pendekatan ini memandang individu- individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang membuatkelompok-kelompok. Anak- anak yang memilikikesamaan dijadikan satu kelompok. Makaterjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuanintelek, bakat, ras, agama, statussosial ekonomi, dan sebagainya. (3) Pendekatan Ipsatif.Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebutsebagai pendekatan individual
(melihat perkembangan seseorangsecara individual). Dari ketiga pendekatan ini, yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan. Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu yang bersifatmenyeluruh dan yang bersifat khusus.Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan. Sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbangkan faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
Menurut Piaget terdapat empat perkembangan kognisianak (Budingsih, 2004)yaitu (1) periodesensori motor pada usia 0-2 tahun, pada usia ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks (2) periode praoperasonal yaitu usia 2-7 tahun, perkembangan bahasa pada usia ini sangat pesat,peranan intuisi dalam memutuskan sesuatumasih besar, (3) periode operasi konkret usia 7-11 tahun, anak sudah dapat berpikir logis, sistematis dan memecahkan masalahyang bersifat konkret. (4) peirode operasi formal usia 11-15 tahun anak-anak sudah dapat berpikir logis terhadap masalah baik yang bersifat konkret maupun abstrak. Anak pada tahap ini dapat membentuk ide- ide dan masa depannya secara realistis. Selanjutnya menurut Bruner (Budiningsih, 2004) perkembangan kognisi anak meliputi (1) tahap enaktif, anak melakukan aktivitas-aktivias dalam upaya memahami lingkungan. (2) tahap ikonik,anak memahami dunia melalui gambaran-gambaran dan visualiasi verbal. (3) tahap simbolik, anak telah memiliki gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika.
Perkembangan kognisi menurut Lawrence Kohlberg (Syaodih, 2004) yaitu:
(1) Tingkat Prekonvensional
(a) Tahap orientasi kepatuhan dan hukuman, seperti kebaikan, keburukan, ditentukan oleh orang itu dihukum atau tidak.
(b) Tahap orientasi egois yang naif, seperti tindakan yang betul ialah yang memuaskan kebutuhan seseorang.
(2) Tingkat Konvensional
(a) Tahap orientasi anak baik, seperti perilaku yang baik adalah bila disenangi orang lain.
(b) Tahap orientasi mempertahankan peraturandan norma nanasosial, seperti perilaku yang baik ialah yang sesuai dengan harapan keluarga, kelompok atau bangsa.
(3) Tingkat Post-Konvensional
(a) Tahap orientasi kontrak sosial yang legal, yaitu tindakanyang mengikuti standarmasyarakat dan mengkonstruksi aturan baru.
(b) Tahap orientasi prinsip etika universal, yaitu tindakan yang melatih kesadaranmengikuti keadilan dan kebenaran universal.
Terdapat delapan tahap perkembangan Afeksi menurut Erikson yaitu (1) bersahabat versus menolak pada umur 0 -1 tahun, (2) otonomiversus malu dan ragu-ragu pada umur 1 -3 tahun,(3) Inisiatif versusperasaan bersalah pada umur 3 -5 tahun (4) PerasaanProduktif versus rendah diri pada umur 6 -11 tahun, (5) Identitasversus kebingungan pada umur 12 – 18 tahun, (6) Intim versus mengisolasi diri pada umur 19 – 25 tahun, (7) Generasi versuskesenangan pribadi pada umur 25 – 45 tahun, (8) Integritas versusputus asa pada umur 45 tahun ke atas.
Psikologi belajar membahas tentangfaktor-faktor yang mempengaruhi individu belajar dan bagaimana individu belajar yang dikenal dengan istilah teori belajar (Pidarta, 2007). Psikologi belajar yang berkembang sampai saat ini, pada dasarnyadapat dikelompokan menjadi3 kelas, antara lain:
(1) Teori disiplindaya/disiplin mental (facultytheory).
Menurutteori ini anak sejak dilahirkan memiliki potensi atau daya tertentu (faculties) yang masing–masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi/daya mengingat, daya berpikir,daya mencurahkan pendapat,daya mengamati, daya memecahkan masalah,dan sejenisnya.
(2) Behaviorisme.
Dalamaliran behaviorisme ini, terdapat 3 rumpun teori yang mencakup teori koneksionisme/asosiasi, teori kondisioning, dan teori operant conditioning (reinforcement). Behaviorisme menganggap bahwa perkembangan individu tidak muncul dari hal yang bersifat mental, perkembangan hanya menyangkut hal yang bersifatnyata yang dapat dilihat dan diamati. Belajarmerupakan upaya untuk membentuk hubunganstimulus – responseoptimal mungkin. Tokoh utama teori ini yaitu Edward L. Thorndike.
(3) Organismic/Cognitive Gestalt Field.
Menurutteori ini keseluruhan lebih bermakna daripadabagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai makhluk yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara keseluruhan, hubunganini dijalin oleh stimulus dan respon. Stimulus yang hadir diseleksi menurut tujuannya, kemudian individu melakukaninteraksi dengannya terus-menerus sehingga terjadi suatu proses pembelajaran. Belajar menurut teori ini bukanlahsebatas menghapal tetapimemecahkan masalah, dan metode belajaryang dipakai adalah metode ilmiahdengan cara anak didik dihadapkan pada suatu permasalahan yang cara penyelesaiannya diserahkan kepada masing-masing anak didik yang pada akhirnya peserta didik dibimbing untuk mengambil suatukesimpulan bersama dari apa yang telah dipelajari.
b) Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis bersumber pada norma kehidupanmasyarakat yang dianutoleh suatu bangsasehingga tercipta nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhioleh masing-masing anggota masyarakat (Robandi, 2005: 26). Di dalam masyarakat terdapat struktur sosial dan dalam struktur tersebut setiap inividu menduduki status dan peran tertentu. Sumantri dan Yatimah (2017) menjelaskan bahwa masyarakat dapat diidentifikasi melalui lima unsur yaitu:a) adanya sekumpulan manusia yang hidupbersama,
b) melakukan interaksi sosial dalam waktu yang lama, c) saling bekerjasama, memiliki keturunan, dan berbagai macam kebutuhan, d) memiliki kesadaransebagai suatu kesatuanatau unity, e) suatu sistemhidup bersama yang menghasilkan kebudayaan sehingga masing- masingindividu merasa terikat satu sama lain.
Manusia pada hakikatnya sebagai makhluk bermasyarakat dan berbudaya, oleh karena itu masyarakat menuntutsetiap individu mampu hidup demikian.Namun karena manusiatidak secara otomatismampu hidup bermasyarakat dan berbudaya maka masyarakat melakukan pendidikan atau sosialisasi dan atau enkulturasi. Dengan demikiandiharapkan setiap individumampu hidup bermasyarakat dan berbudaya sehingga tidak terjadi penyimpangan tingkah laku terhadp sisten nilai dan norma.
Dalamkonteks pendidikan MenurutBloom (1956) Manusiasebagai bagian dari masyarakat mengalami perkembangan perilaku individuyaitu pada kawasankognitif, psikomotor, dan afektif. Kawasan kognitif adalah segala upaya yang mencakup aktivitas otak. Kawasan afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, motivasi dan sikap. Dan kawasan psikomotor meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuanfisik. Pada kawasankognitif
terdapat tingkatan ranah belajar yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesisdan evaluasi. Pada kawasan afektifterdiri dari ranah yang behubungan dengan respons emosionalterhadap tugas yaitupenerimaan, partisipasi, penilaianatau penentuan sikap,organisasi dan pembentukan pola hidup. Pada kawasan psikomotor yang berkaitan dengan keterampilan jasmaniterdiri dari ranah persepsi, kesiapan, gerakan yang terbimbing gerakan yang terbiasa, gerakan yang komplek,penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Agar manusia mampu hidup bermasyarakat dan berbudaya maka perlu ada keseimbangan antar kawasan kognitif,afektif dan psikomotor sebagai wujud dari pengembangan karakter.Pengembangan karakter dilakukansecara sistematis dan berkesinambungan melaluipendidikan yang lebih menonjolkan kawasan-kawasan afektif dan psikomotor melalui penekanan bagaimanamengevaluasi perilaku, akhlak dan moral daripada menonjolkan kawasan kognitif semata.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat. Ciri dari paham integralistik adalah (1) kekeluargaan dan gotong royong kebersamaan, musyawarah mufakat; (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat; (3) negara melindungi warga negaranya; (4) selaras dan seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu pendidikan di Indonesia tidakhanya meningkatkan kualitasmanusia secara individumelainkan juga meningkatkan kualitas struktur masyarakatnya.
Kajian sosiologi tentang pendidikan pada dasarnya mencakup semua jalur pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan berlangsung dalam lingkungan keluarga, lingkungan perguruan/sekolah dan lingkungan masyarakat (Rahmat, 2012:52). Ketiga lingkungan pendidikan tersebut memberipengaruh yang dapat mengarah positif maupun negatif,sehingga lingkungan pendidikan
berperan menjadi pusat berlangsungnya pendidikan untuk pertumbuhan dan perkembangan pesert didik. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga). Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertamabagi perkembangan individu anak, karena sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga.Awal pendidikan anak sebenarnya diperolehmelalui keluarga, dalam dunia pendidikan disebut pendidikan informal.Pembelajaran yang terjadidi dalam keluarga terjadi setiap hari pada saat terjadi interaksi antara anak dengan keluarganya. Peran orangtua menjadipanutan bagi anak-anaknya. Dalam keluarga, orangtua mempunyai peran yang sangat pentingdalam membentuk dan mengembangkan karakterdan kepribadian anak.
Sekolah sebagai institusi sosial merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajarsecara formal ataudisebut juga dengan pendidikan formal.Sekolah memiliki fungsisebagai alat untuk melakukan perubahan-perubahan (agent of change), sesuai dengan tuntutan zaman. Sekolah berfungsi sebagai alat untuk mengintrodusir nilai-nilai baru yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitashidup dan kehidupanmasyarakat tanpa meninggalkan nilai lama yang perlu dipertahanlan agar dapat diadopsioleh masyarakat, demi mengadaptasi perkembangan teknologi dan pengetahuan, yang pada akhirnyabertujuan agar kehidupan masyarakat lebih berkualitas.
Tugas utama sekolah yaitu berupaya untuk menciptakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien untuk mengantarkan peserta didik mencapai prestasi yang memuaskan. Sekolah sebagai sistem sosial adalah suatu upaya untuk memahami tujuan, peran, hubungan dan perilakuberbagai komponen pendidikan di sekolah dalamsetting
sosial. Terdapat dua elemen dasar sekolah sebagai sistem sosial yaitu
(1) institusi, peran dan harapan dalam menentukan norma bersama atau dimensisosial, (2) individual, personalitas dan pemenuhankebutuhan yang merupakandimensi psikologis. Sekolahsebagai sistem sosial diharapkan mampu mencapai moral kerja anggotaorganisasi yang efektif,efisien dan memuaskanmelalui integrasi kebutuhan individu dan kebutuhan organisasi.
Masyarakat sebagai media transformasi sosial dapat dikatakan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan manusiayang saling berinterkasi dalam suatu hubungan sosial. Anak dalam pergaulannya di dalam masyarakat tentu banyak berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung.Secara langsung misalnyaanak bermain denganteman-temannya di luar rumah, sedangkansecara tidak langsungmisalnya anak melihatkejadian-kejadian yang dipertontonkan oleh masyarakat. Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah dan tersedianya sarana prasarana, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluargadan atau masyarakat sehingga pendidikan merupakantanggung jawab bersama antara pemerintah (sekolah), keluarga dan masyarakat. Hal ini berarti orang tua murid dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk ikut berpartisipasi dan memberikan dukungandalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Terdapat hubungan saling menguntungkan antara sekolah denganmasyarakat yaitu dalam bentuk hubungansaling memberi, saling melengkapi, dan saling menerimasebagai partner. Sekolahpada hakekatnya mempunyaifungsi ganda terhadapmasyarakat yatiu sebagai agen pembaharuan bagi masyarakat sekitarnya dan memberi pelayanan. Dengan hubungan yang harmonis tersebutterdapat beberapa manfaat pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakatyaitu (1) memperbesar dorongan mawas diri yaitu pengawasan terhadap kualitas penyelenggaraan pendidikan oleh masyarakat
melalui dewan pendidikan dan komite sekolah,(2) meringankan beban sekolah dalam memperbaiki serta meingkatkan kualitaspenyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah, (3) opini masyarakat terhadap sekolah alan lebihpositif dan benar,(4) meningkatkan upayapeningkatan profesi mengajar guru, (5) masyarakat akan ikut serta memberikan kontrol/koreksi terhadap sekolah, (6) dukungan moral masyarakat akan tumbuh terhadap sekolah sehingga memudahkan mendapatkan bantuan materialdan penggunaan berbagaisumber termasuk nara sumber dari masyarakat. Sedangkan bagi masyarakat dengan adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dengan masyarakat maka (1) masyarakat/orang tua akan mengerti tentang berbagai hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan di sekolah,(2) keinginan dan harapan masyarakat dapat mudah disampaikan dan di realisasikan oleh pihak sekolah, (3) masyarakat mendapat kesempatan untuk memberikan saran usul, maupun kritik untuk membantu menciptakan kualitas sekolah.
c) Landasan Historis
Landan historis pendidikan nasional di Indonesa tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia itu sendiri. Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjangsejak zaman Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Dengan kata lain, tinjauanlandasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif. Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentangproses perjalanan pendidikan di Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau.
Dilihatdari pendidikan di masa lampau Indonesia dapatdikelompokan menjadi enam tonggak sejarah (Robandi, 2005) yaitu
(a) pendidikan tradisional yaitu penyelenggaraan pendidikan di
nusantara yang dipengaruhi oleh agama-agama besar di dunia seperti Hindu, Budha, Nasrani dan Nasrani. (b) pendidikan kolonial barat yaitu penyelenggaraan pendidikan dinusantara yang dipengaruhi oleh pemerintah kolonial barat terutama kolonial Belanda (c) pendidikan kolonial jepang yaitu penyelenggaraan pendidikan dinusantara yang dipengaruhi oleh pemerintah kolonial jepang pada masa perangdunia II (d) pendidikan zaman kemerdekaan, (e) pendidikan zaman ordelama dan baru, (f) pendidikan zaman reformasi yaitu penyelenggaraan pendidikan dengan sistem pendidikan desentralisasi. Kondisi historis dari keenam tonggak sejarahpendidikan tersebut mempunyaiimplikasi terhadap penyelenggaraan pendidikannya dalam hal tujuan pendidikan, kurikulum/isi pendidikan, metode pendidikan dan pengelolaanya serta kesempatan pendidikan.
4) Landasan Religi
Landasan religi adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan dan atau studi pendidikan (Hasubllah, 2008). Landasanreligius ilmu pendidikan bertolak dari hakikatmanusia yaitu (1) Manusia sebagaimakhluk Tuhan YME; (2) Manusiasebagai kesatuan badandan rohani; (3) Manusia sebagai makhluk individu, (4) Manusia sebagai makhluk sosial. Manusia adalah mahkluk Tuhan YME. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakankonsekuensi fungsi dan tugas manusiasebagai khilafah dimuka bumi ini. Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran(consciousness) dan penyadaran diri (self-awarness). Oleh karena itu, manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek). Selainitu, manusia bukan saja mampu berpikir tentangdiri dan alam sekitarnya, tetapisekaligus sadar tentangpemikirannya. Namun, sekalipun manusia menyadari perbedaannya dengan alam bahwa dalam konteks keseluruhan alam semesta manusiamerupakan bagian
daripadanya. Oleh sebab itu, selain mempertanyakan asal usul alam semesta tempat ia berada,manusia pun mempertanyakan asal-usul keberadaan dirinyasendiri.
Manusia adalah kesatuan jasmani dan rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, serta mempunyai tujuan. Selain itu, manusia mempunyai potensiuntuk beriman dan bertakwa kepadaTuhan YME dan potensi untuk berbuat baik, potensi untuk mampu berpikir (cipta), potensi berperasaan (rasa), potensi berkehendak (karsa), dan memiliki potensi untuk berkarya. Adapun dalam eksistensinya manusia memiliki aspek individualitas, sosialitas, moralitas, keberbudayaan, dan keberagaman. Implikasinya maka manusia itu berinteraksi atau berkomunikasi, memilikihistorisitas, dan dinamika.
Agar manusia mampu menjadi khalifahyang baik maka memerlukan pendidikan. Pendidikan harus berfungsimemanusiakan manusia. Pendidikan adalah humanisasi, sebagai humanisasi, pendidikan hendaknya dilaksanakan untuk membantu perealisasian/pengembangan berbagaipotensi manusia, yaitu potensi untuk mampu berimandan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbuat baik, hidup sehat, potensi cipta, rasa, karsa dan karya. Semua itu harus dikembangkan secara menyeluruh dan terintegrasi dalam konteks kehidupankeberagamaan, moralitas, individualitas, sosial dan kultural.
Dalamlandasan religius, anak merupakan amanah sekaligus karuniaTuhan YME, yang harus dijaga dan dibina karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagaimanusia yang harus dijunjung tinggi.Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) tentang hak-hakanak. Anak memerlukan pendidikan akhlak yang baik dalam proses tumbuh kembangnya. Jamaluddin (2012) memaparkan bahwa peran orangtua sangat penting dalam membentuk kepribadian anak pada masa yang akan datang.
Dalamrangka pencapaian pendidikan, setiap agama berupayauntuk melakukan pembinaanseluruh potensi manusiasecara serasi dan seimbang, karena dengan terbinanya seluruh potensi manusiasecara sempurna diharapkan ia dapat melakukanfungsi pengabdian sebagaikhalifah di muka bumi. Potensi-potensi yang harus dibinameliputi seluruh potensi yang dimiliki, yaitu potensi spiritual, kecerdasan, perasaan dan kepekaan. Potensi-potensi tersebut merupakan kekayaandalam diri manusiayang berharga. Untuk itu, diperlukan pendidikan untuk membentuk manusia menjadi insan yang mendekati kesempurnaanatau memiliki kepribadian yang utama. Pendidikan bagi anak berupaya untuk memberikan bimbingan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak- anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang landasan ilmu pendidikan dapatdiakses melalui link berikut: http://bit.ly/2rhxLEe
c. Penerapan Landasan Ilmu Pendidikan dalam Praktik Pendidikan
1) Landasan Filosofis
Landasan filosofis pendidikantelah melahirkan berbagaialiran pendidikan yang muncul sebagaiimplikasi dari aliran-aliran yang terdapat dalamfilsafat. Berbagai macam aliran filsafattersebut adalah idealisme,realisme, pragmatisme. Landasan filsafat pendidikan memberikan prespektif filosofis yang seyogyanya merupakan acuan yang dikenakan dalam menyikapi serta melaksanakan kegiatanpendidikan. Oleh karenaitu landasan filsafatpendidikan dibentuk bukan hanya mempelajari tentang filsafat, sejarahdan teori pendidikan, psikologi, sosiologi, antropologi, atau displin ilmu lainnya, akan tetapi denganmemadukan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pendekatan-pendekatanny akepada kerangka konseptual kependidikan. Hal ini untuk mencapaitujuan pendidikan itu sendiri yang seimbang, baik dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.
Landasan filsafatpendidikan tercermin di dalam semua keputusan sertaperbuatan pelaksanaan tugas-tugas pendidik baik instruksional
maupun non instruksioanal. Filsafat memberi rambu-rambu yang memadai dalam merancang serta mengimplementasikan program pendidikan bagi guru dan tenaga pendidikan. Rambu-rambu yang dimaksuddisusun dengan mempergunakan bahan-bahan yang diperoleh dari tiga sumber yaitu pendapat ahli, termasuk yang disangga oleh hasil penelitian ilmiah, analisistugas pendidik serta pilihan nilaiyang dianut masyarakat. Rambu- rambu yang dimaksud yang mencerminkan hasil telaah interpretif, normative dan kritis dirumuskan kedalamperangkat asumsi filosofisyaitu asumsi-asumsi yang memberi rambu-rambu bagi perancang serta interpretatif programyang dimaksud.
2) Landasan Yuridis
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa. Landasanyuridis telah banyak memberikan kontribusi landasan dalam pelaksanaan praktik pendidikan di Indonesia, sebagaicontoh adalah penerapanUU No.20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional(Syarifudin, 2006). Pada pasal 33 UU tersebut mengatur mengenai bahasa pegantar pendidikan nasional Indonesia yaitu menggunakan Bahasa Indonesia, sedangkan bahasa asing digunakan untuk menunjang kemampuan bahasa asing peserta didik dan bahasa daerah digunakan dapat digunakan sebagaipengantar untuk mempermudah penyampaian pengetahuan. Pada pasal 39, 40, 41, 42, 43, dan 44 mengatur tentang pendidik dan tenaga kependidikan, misalnya pada pasal 42 menjelaskan bahwa pendidik harus mempunyai kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
3) Landasan Empiris
a) Landasan Psikologis
Penerapan landasan psikologisdalam praktik pembelajaran, salah satunya dapat dilihat dari layanan pendidikan terhadap anak
dibuat bertingkat berdasarkan perkembangan individu yang bertahap baik perkembangan biologis, kognitif, afektif maupun psikomotor, yang pada setiap perkemangannya setiap individu memiliki tugas-tugas yang harus diselesaikannya. Contoh riil dari hal tersebut adalah penyelanggaraan pendidikan di Indonesia yang berjenjang. Di Indonesia terdapat pendidikan untuk anak usia dini atau PAUD, pendidikan untuk usia di bawah 6 tahun yang dimanakan taman kanak-kanak atau TK, pendidikan sekolah dasar (SD/IT), sekolah menengah pertama (SMP/MTS), menengah atas (SMA/SMK/MA) dan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta,merupakan program pendidikan yang dihasilkan berdasarkan perkembangan peserta didik yang beragam.
b) Landasan Sosiologis
Implikasi landasan sosiologis dalam praktik pendidikan dapat tercermin melaluiadanya struktur sosial di berbagailingkungan pendidikan atau tri pusat pendidikan. Implikasilandasan sosiologis di lingkungan keluargatercermin dengan adanya praktik pola asuh yang turun temurun dalam keluarga. Contoh Orang tua rela berkorban membiayai pendidikan anak- anaknya agar status sosial anak meningkat. Implikasi landasan sosiologis di lingkungan sekolah terlihat melalui adanya badan kerja sama antara sekolahdengan tokoh-tokoh masyarakat, termasuk wakil-wakil orang tua siswa, contoh pembentukan komite sekolah, mengundang nara sumber ke sekolah dari tokoh- tokoh penting di masyarakat sepertiketua adat, atau ketua paguyuban. Di lingkungan masyarakat, implikasi landasan sosiologi tercermin dalam adanya proses interaksi antar individu maupun kelompokdan sosialisasi. Interkasiini menghasilkan budaya, adat dan norma yang berlaku dalam masyarakat seperti norma susila dan asusila. Contoh riil implikasi sosiologi dalampendidikan masyarakat di Indonesia adalah terdapat mata pelajaran
bermuatan lokal (Mulok) di masing-masing daerah sebagai bentuk upaya melesetarikan budaya.
c) Landasan Historis
Salahsatu implikasi landasanhistoris dalam pendidikan adalah lahirnya pancasila, sebelum dirumuskan dan disahkan menjadidasar negara Indonesiasecara obyektif historistelah dimiliki oleh bangsa indonesia, Sehingga asal nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila tidak lain adalah jati diri bangsa indonesia yang berjuang menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup. Contoh implementasi Pancasila dalam praktikpendidikan Nasional Indonesiaadalah Pancasila merupakankonten utama dari mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKN) di sekolahkhususnya untuk jenjangpendidikan SMP yang mencakup dua hal yaitu pertama materi perihal status, kedudukan dan fungsi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegera. Kedua materi perihal isi substansi yang terkandung dalam sila-silapancasila. Selanjutnya contoh lain implikasi landasan historis adalah adanya sembonyan “tut wuri handayani” yaitu semboyan dari Ki Hadjar Dewantara sebagai salah satu peranan yang harus dilaksanakan oleh pendidik dan dijadikan semboyanpada logo Kementerian Pendidikan Nasional.
4) Landasan Religius
Landasan religius dalam bimbingandan konseling mengimplikasikan bahwa konselor sebagai“helper” pemberi bantuanuntuk memiliki pemahaman akan nilai-nilai agama, dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien atau peserta didik. Konselor semestinya menyadari bahwa memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien merupakan salah satu kegiatan yang bernilai ibadah.Agar bantuan layananyang
dilakukan itu bernilai ibadah harus didasarkan kepada keikhlasan dan kesabaran.
Implikasi landasan religius dalam pendidik di sekolah tercermin melalui tugas utama guru yaitu mendidik,mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik. Kegiatanmendidik bagi guru merupakan bagian dari ibadah, karena mendidik merupakankegiatan pengabdian yang secara tidak langsung tertuju kepada Tuhan YME. Tuhan menciptakan manusia tidak lain untuk beribadah. Hal ini yang menjadidasar setiap pendidik dalam kehidupan sehari-hari, demikian juga dalam mendidik anak di sekolah. Anak adalah amanah yang harus dijaga dan dididikdengan nilai-nilai agama.Pendidik juga memilikiperan penting dalam membantu membentuk kepribadian anak pada masa yang akan datang. Contoh penerapan landasan religius di sekolah adalah (1) pemberianmata pelajaran wajib untuk pendidikan agama, (2) guru memberikan pengetahuan agama kepada peserta didiknya sesuai dengan agama/ kepercayaan yang dianutnya, (3) guru mengajarkan hal-hal baik seperti berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, (4) mengarahkan pesertadidik untuk taat kepada Tuhan Yang Maha Esa sepertimelaksanakan ibadah bersamaatau berjamaah di sekolah, (5) Melaksanakan nilai-nilai religius di sekolah dalam pendidikan karakter dan kegiatan keagamaanseperti kegiatan ekstrakulikuler. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang landasan ilmu pendidikan dalam praktik pendidikan anda dapat mengaksesmelalui link berikut:http://bit.ly/34Fd9nL
5. Forum Diskusi
Saudaramahasiswa untuk memperdalam pemahaman Anda mengenaimateri yang telah disampaikan di atas, Coba Anda diskusikan kajian berikut dengan teman-teman kelompok di kelas Anda!
Pak Sigit adalah seorang guru di SMA Negeri di Bandung. Peserta didik yang dihadapioleh beliau memilikiperbedaan latar belakangekonomi,
kultur dan perbedaanpola asuh dari orangtua yang sangat beragam.Bagaimanakah pak Sigit harus mengakomodasi beragamperbedaan tersebut agar praktik pendidikan yang dilaksanakan mampu mengembangkan potensidan mengarahkan peserta didik menajdi lebih baik!
1. Rangkuman
Landasan pendidikan merupakan seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam praktik pendidikan. Melalui studi pendidikan diperoleh pemahaman tentang landasan pendidikan yang akan dijadikan sebagai titik tolak dalam praktik pendidikan yang akan dilaksanakan. Hal tersebut dimulaidengan memahami hakekat manusia, di mana manusia sebagai pelaku utama yang memiliki peran sebagai subjek di dalamnya. Hakekat manusia dapat dilihat dalam beberapa aspek yaitu berdasarkan asal-usulnya manusia sebagai makhlukTuhan, struktur metafisiknya manusia sebagai kesatuan jasmani dan rohani, serta karakteristik danmakna eksistensinya di dunia yang bisa dilihatsebagai makhluk individu,makhluk sosial, makhlukberbudaya, makhluk susila,dan makhluk beragama.Manusia memiliki tanggungjawab untuk membinamasyarakat, memelihara alam lingkungan, membinakerukunan hidup bersama,dan memelihara martabatkemanusiaannya (human dignity), sehingga sepatutnya manusia perlu memiliki kompetensi pedagogik terlebih lagi bagi seorang pendidik. Melalui kompetensi ini pendidik dituntut untuk memilikikemampuan dan trampildalam melihat karakteristik peserta didik dari berbagai aspekkehidupan, baik itu moral, emosional maupun intelektualnya.
Landasan pendidikan sebagai pijakandalam praktik pendidikan diantaranya yaitu landasan filosofis dan epistemologi, landasan yuridis, landasan empiris, dan landasanreligius. Landasan filosofispendidikan adalah pandangan-pandangan yang bersumber dari filsafat pendidikan mengenai hakikat manusia, hakikat ilmu, nilai serta perilaku yang dinilai baik dan dijalankan setiap lembaga pendidikan. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan epistimologi pendidikan adalah pandangan-pandangan yang bersumber dari cabang filsafatepistimologi yang disebut juga teori mengetahui dan pengetahuan.
Landasan empiris terdiri dari landasan psikologis, historis, dan sosiologis. Landasan psikologi dalam pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari studi ilmiah tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentuuntuk mengenali dan menyikapi manusiayang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Landasanhistoris pendidikan nasionaldi Indonesa tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia yang memiliki enam fase. Landasan sosiologis bersumber pada norma kehidupan masyarakat yang dianutoleh suatu bangsa sehingga tercipta nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat. Sedangkan landasan religius adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan dan atau studi pendidikan.
2. Tes Formatif
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah disajikan dalam Kegiatan Belajar 1 di atas, kerjakan tes formatif berikut dengan sungguh-sungguh. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dari pertanyaan berikut:
1. Seorang guru mengajar di dalam kelas dengan metode ceramah sehingga proses pembelajaran lebih terpusat pada guru sedangkansiswa pasif karenahanya mendengarkan. Hal tersebut termasukdalam proses pendidikan yang beraliran….
A. Behavioristik
B. Perenialisme
C. Humanisme
D. Esesnialisme
E. Rekonstuksionisme
2. Tujuan pendidikan Bangsa Indonesia yaitu pembentukan manusia yang ideal. Berikut ini implementasi sila ke 5 dalam pendidikan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut adalah....
A. Guru mengarahkan peserta didik untuk taat terhadapTuhan YME
B. Orang tua memberi contohpada anak untuk tidak melakukandiskriminasi pada siapapun
C. Peserta didik diajarkan untukmencintai dan mengkonsumsi produk dalam negeri
D. Pendidik mengikuti PPG untuk meningkatkan kreativitas dan profesionalitasnya
E. Sekolah melakukan program kegiatanbakti sosial denganmelibatkan peserta didiknya
3. Berikut ini contoh kegiatan yang tergolong ke dalam praktik pendidikan adalah…
A. Ibu Ani sedang membaca buku psikologi pendidikan
B. Ibu Heni dan pak didi sedangberdiskusi tentang pengertian pendidikan
C. Pak Andi sedang mengajarkan konsep “bangun ruang” kepada pesertadidiknya
D. Pak Budi sedang mencari ide untuk memotivasi peserta didiknya agar giat belajar
E. Pak Hajar sedang mendownload file materi Pendidikan Pancasila
4. Sebagai humanisasi pendidikan bukan berartipembentukan manusia (peserta didik) oleh manusia lainnya (pendidik). Sebab asumsinya bahwa manusia atau peserta didik adalah…
A. Manusia merupakan makhluk otonom
B. Pribadi yang berkembang dan berakal
C. Makhluk sosial yang dapat mempengaruhi satu sama lain
D. Makhluk yang memiliki moralsehingga dapat membedakan baik dan buruk
E. Makhluk religius yang diciptakan oleh Tuhan
5. Seorang pendidik perlu memahamilandasan pendidikan. Salah satu manfaatmempelajari landasan pendidikan bagi pendidik adalah
A. Memahami berbagai karakteristik pesertadidik sehingga memandang peserta didik sebagai pribadi yang unik
B. Menumbuhkan sikap berpikir kritispendidik terhadap perkembangan peserta didik
C. Membantu pendidik dalam menentukanmetode pembalajaran yang tepat digunakan dalam situasi tertentu di kelas
D. Meningkatkan perkembangan pola pikir dan pola kerja pendidiktentang bagaimana seharusnya melaksanakan praktek pendidikan
E. Memahami berbagai pasal-pasal dalam UUD dan peraturan yang berlaku di Indoensia terkait dengan pendidikan
6. Beriku ini implikasi landasanhistoris dalam prosespendidikan di Indonesia adalah...
A. Guru melaksanakan perannya sesuaidengan semboyan “tut wuri handayani”
B. Kurikulum pendidikan dikembangkan dengan memperhatikan psiklogiperkembangan peserta didik
C. Pembentukan komite sekolah sebagaibentuk kerjasama antar sekolah denganmasyarakat
D. Guru mengajarkan mata pelajaran bermuatan lokal sesuai dengandaerah tempat mengajarnya
E. Terdapat program Bantuan Operasional Sekolah untuk sekolah-sekolah negeri
7. Pengertian landasandibagi dua yaitu landasan fisikdan konseptual. Berikutini yang termasuk dalam landasan konseptual adalah....
A. Kurikulum dan silabus
B. Pancasila dan UUD 1945
C. Kerangka berfikir
D. Desain bangunan
E. Tujuan pendidikan
8. Pendidikan harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap dan tugas pekermbangan peserta didik. Oleh kareananya pendidikan dilaksanakan denganmengacu pada landasan....
A. Psikologi pendidikan
B. Sosiologi pendidikan
C. Religi pendidikan
D. Ekonomi pendidikan
E. Ilmu pengetahuan dan Teknologi
9. Sila pertama pancalisa adalah keTuhanan YME oleh sebab itu pendidikan hendaknyabertujuan agar pesertadidik beriman dan bertaqwa kepadaTuhan YME. Hal tersebut merupakan contoh
A. Landasan yuridis
B. Landasan psikologis
C. Landasan religius
D. Landasan sosilogis
E. Landasan historis
10. Salah satu tripusat pendidikan bagi anak adalah keluarga. Orang tua yang dalam kesehariannya rajin melaksanakan ibadah sesuai dengan waktu yang ditentukan. Pada hakekatnya menanamkan pada anak...
A. Hak dan kewajiban
B. Kejujuran dan toleransi
C. Gotong royong dan tangung jawab
D. Kedisiplinan dan tanggungjawab
E. Kejujuran dan Tenggangrasa
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban Tes Formatif KB 1 yang terdapatpada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawabanyang benar. Selanjutnya, gunakan rumus berikutuntuk mengetahui tingkatpenguasaan Saudara terhadapmateri Kegiatan Belajar 2.
Arti tingkatpenguasaan : 90 – 100% = baik sekali
80 – 89%= baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila Anda mencapaitingkat penguasaan 80% atau lebih,Bagus ! Saudara dapat meneruskan bagian selanjutnya. Jika masih di bawah 80%, tetap semangat, Saudara harus mengulangi materi dalam Kegiatan Belajar 1, terutama pada bagian yang belum dikuasai.
Saudara mahasiswa, bagaimana kabar Anda saat ini? Semoga Anda selalu sehat sehingga dapat mempelajari materimodul dengan baik.Saat ini Anda tengah
berada pada Kegiatan Belajar 1 dalam Modul 1 mata kuliah Pedagogik. Kegiatan Belajar 1 akan menyajikan materi terkait Konsep Dasar, Rasional, dan Landasan Ilmu Pendidikan. Bagaimana, Anda sudah siap ? Bagus! Saudara mahasiswa, kita ketahui bersama bahwa praktik pendidikan yang diperankan oleh pendidik adalah dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar mampu mewujudkan dirinya sesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaannya. Dengan demikian sebagai pendidik professional Anda perlu melakukan segala tindakan yang terarah kepada tujuan, yaitu agar peserta didik mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan perannya berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakui dalam masyarakat. Ingat bahwa praktik pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia, bersifat normatif dan harus dapat dipertanggung jawabkan.
Sehubungan dengan hal tersebut,kegiatan belajar 1 ini menyampaikan Konsep, rasional dan landasan ilmu pendidikan sebagaibekal bagi pendidikprofesional dalam melaksanakan praktik pendidikan. Sebagai pendidik profesional melaksanakan praktikpendidikan tidaklah boleh dilaksanakan secara sembarangan tanpa landasan yang jelas.Namun, pelaksanaannya harus didasari konsepyang kuat dan terencana. Artinya, praktik pendidikan haruslah memiliki suatu landasan yang kokoh, jelas dan tepat. Landasan pendidikan memberikan pondasi yang kuat bagi pendidik profesional untuk menjalankan perannyasebagai pendidik sehinggadapat menentukan tujuan yang jelas dan terarah, menetapkan isi kurikulum yang tepat dan mampu melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan sebagai upaya menjadikan peserta didik sebagai individu yang utuh dan mencapai hakikat tujuan
pendidikan. Penguasaan Anda terhadap materi dalam Kegiatan Belajar 1 ini, akan menjadi titik tolak dalam menetapkan suatu tujuan pendidikan, memilih isi pendidikan dan menentukan cara-carayang baik dalam pendidikan. Dengan demikian praktik pendidikan Anda menjadi mantap, sesuai dengan fungsi dan sifatnya serta betul-betul dapat dipertanggungjawabkan.
Saudara mahasiswa, agar Anda dapat menguasai materi Kegiatan Belajar 1 ini dengan baik dan berhasil mencapaicapaian pembelajaran yang telah dirumuskan, maka Anda perlu ikuti petunjuk belajar berikut ini:
a. Sebelum membacamateri modul dalamKB 1 ini, renungkan terlebihdahulu apa yang menjadi capaian pembelajaran dalam modul agar terbangun rasa tanggung jawab dan kesepenuhhatian dalam belajar.
a. Bacalah materi modul dengan cermat dan seksama, serta tambahkan catatan- catatan seperlunya untuk membantu ingatan Anda.
b. Cermati dan kerjakan tugas yang diberikan dalam modul dengan sungguh- sungguh. Jangan lupa gunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah Anda miliki sebelumnya.
c. Kerjakan tes formatif yang diberikan seoptimal mungkin dan gunakan rambu-rambu jawaban untuk mengetahui seberapa tingi ketuntasan belajar Anda.
d. Jangan lupa membuat catatankhusus yang Anda pandang pentingselama mempelajari isi modul.
Selamat belajardan semoga Anda berhasil denganbaik……!
1. Capaian Pembelajaran
Saudaramahsiswa, Modul 1 Kegiatan Belajar1 ini membahas materi tentangKonsep Dasar, Rasional,dan Landasan Ilmu Pendidikan. Materitersebut diuraikan secara rinci agar dapat memfasilitasi Anda dalam upaya mencapai kemampuan menerapkan berbagai landasan ilmu pendidikan dalam praktik pendidikan untuk mendukung tugas Anda sebagai pendidik yang memesona yang dilandasi sikap cinta tanah air, berwibawa, tegas, disiplin, penuh panggilan jiwa, samapta, disertai denganjiwa kesepenuhhatian dan kemurahhatian.
2. Sub Capaian Pembelajaran
Adapun sub capaian pembelajaran untuk mendukung capaianpembelajaran tersebut di atas adalah:
a. Menjelaskan konsep dasar dan rasional perlunyalandasan pendidikan sebagaidasar dalam praktik pendidikan.
b. Menjelaskan berbagai landasanilmu pendidikan
c. Menerapkan berbagai landasanilmu pendidikan dalam praktik pendidikan
3. Pokok-pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan disampaikan dalam kegiatan belajar1 dalam modul 1 mata kuliah Pedagogik ini adalah:
a. Konsep dasar,rasional, ilmu pendidikan
b. Landasan-landasanilmu pendidikan
c. Penerapan berbagai landasanilmu pendidikan dalampraktik pendidkkan
4. Uraian materi
a. Konsep Dasar dan RasionalIlmu Pendidikan
SaudaraMahasiswa, sebelum kita mengkaji tentangberbagai landasan pendidikan, terlebih dahulu kita perlu membahas konsep pendidikan dan rasional perlunya pendidikan untuk memudahkan kita memahami bahasanselanjutnya.
Berbicara tentang pendidikan tidak dapat terlepasdari pembahasan tentangmanusia yang memilikikedudukan sebagai subjek dalam pendidikan. Sebagai subjek pendidikan, manusia memiliki banyak definisi salah satunya dijelaskan oleh Notonagoro yang mendefinisikan manusiasebagai makhluk monopluralis sekaligus monodualis (Dwi Siswoyo, 2007: 46-47). Sebagai makhluk monopluralis berarti manusia itu mempunyai banyak unsur kodrat (plural) yaitu jiwa dan raga, namun merupakan satu kesatuan (mono). Di sisi lain, manusia juga sebagai makhluk monodualis yaitu makhluk yang terdiri dari dua sifat yaitu sebagaimakhluk pribadi dan sosial (dualis), tetapi juga merupakan kesatuan yang utuh (mono).
Driyarkara (1969:7) mejelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang berhadapan dan menghadapi dirinyasendiri, bisa bersatudan bisa mengambiljarak dengan dirinya sendiri. Manusia merupakan makhluk yang dapat merubah dirinya melalui suatu keadaan dan dapat pula merubah keadaan melalui perannya. Oleh karena itu, manusia memiliki kemampuan memberikan aksi dan reaksi terhadap situasi atau alam kondrat yang dihadapinya.
Sebagai individu, manusia mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Hal itulah yang menjadikan manusiabersifat unik. Perbedaanini dapat kita lihat dari berbagai aspek diantaranya berkaitandengan postur tubuhnya,kemampuan berpikirnya, motivasinya, minat dan bakatnya, dunianya, cita-citanya, pretasinya, hingga peran sosialnya, dan lain sebagainya. Perbedaan itulah yang menjadikan manusia memiliki karakteristik yang khas yang mencerminkan sifat kemanusiaanya. Adapun hakekat manusia menurut Sumantri & Yatimah (2015: 3- 4) dapat dilihatmelalui beberapa aspek, yaitu: 1) berdasarkan asal-usulnya sebagai makhluk Tuhan, 2) struktur metafisiknya manusia sebagai kesatuan jasmani dan rohani, serta 3) karakteristik dan makna eksistensinya di dunia yang bisa dilihat sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk berbudaya, makhluk susila, dan makhluk beragama.
Padaprinsipnya untuk mempertahankan eksistensinya manusia selaluterlibat dengan fenomena pendidikan baik disadari ataupun tidak, bahkan Syarifudin dan Kurniasih (2014: 3) memberikan definisi pendidikan adalah hidup itu sendiri. Hal tersebut memilikimakna bahwa manusiayang hidup pasti akan memperoleh segala
pengalaman (belajar) dari berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangannya. Lebih lanjut Dwi Siswoyo dkk (2007: 37) menjelaskan bahwa pendidikan itu terselenggara dalam rangka untuk mengembangkan segenappotensi kemanusiaan ke arah yang positif sehinggamanusia menjadimakhluk yang berbudaya. Di sisi lain, manusia memilikitanggung jawab untuk membina masyarakat, memelihara alam lingkungan, membina kerukunan hidup bersama, dan memelihara martabatkemanusiaannya (human dignity). Sifat-sifat positif kemanusiaan itu harus terus diwariskan oleh manusia secara turun-temurun, sehinggasepatutnya dalam diri manusia perlu dimiliki kemampuan mengasuh, mengajar, dan mendidik apalagi jika manusia tersebut adalah seorangpendidik.
Pendidikan diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar orang tersebut mencapaikedewasaan (Winkel;2012). Dalam bahasa Yunani pendidikan juga dikenal dengan istilah “Paedagogiek” (pedagogik) yang artinya ilmu menuntun anak. Pedagogik juga berarti teori mendidik yang membahas apa dan bagaimana mendidik yang sebaik- baiknya. Carter V. Good (Syam dkk, 2003) menjelaskan istilah Pedagogy atau pendidikan dalam dua hal, yang pertama pendidikan adalah seni, praktek, atau profesipengajaran. Kedua, pendidikan adalah ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode mengajar, pengawasan dan pembimbingan pesertadidik. Kegiatan mendidikdiartikan sebagai upaya membantuseseorang untuk menguasaianeka pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai yang diwarisi dari keluarga dan masyarakat (ArifRohman, 2011:5). Mendidikjuga bisa diartikan sebagai tindakan merealisasikan potensi seseorang yang dibawa sewaktu lahir. Pendidikan sendiri berlangsung melalui dan di dalam pergaulan, namun tidak semua pergaulan bersifat mendidik atau dapat dikatakan bersifatpedagogik. Pergaulan akan bersifat pedagogik apabila pendidik atau orang dewasa bertujuan memberikan pengaruh positif kepada seseorang dan pendidik juga memiliki wewenangterhadap orang tersebut.
TahukanAnda bahwa kemampuanmendidik tidak serta merta dimilikidengan sendirinya? Untuk memiliki kemampuanmendidik tersebut diperlukan
penguasaan konsep yang benar tentangkegiatan mendidikan disertaidengan kemampuan melakukan praktiknya. Oleh karenaitu, ilmu pendidikan hadir sebagai ilmu yang khusus mempelajari fenomena pendidikan. Arif Rohman (2011: 13) mendefinisikan ilmu pendidikan sebagaiilmu yang mempelajari suasana dan prosespendidikan yang berusahamemecahkan masalah yang terjadi di dalamnya sehinggamampu menawarkan pilihantindakan mendidik yang efektif. Syarifudin (2006: 41) mendefinisikan ilmu pendidikan sebagai sistem pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang dihasilkan melaluipenelitian dengan menggunakan metode ilmiah. Ilmu pendidikan juga dapat dikatakansebagai seni, karena dalam penerapannya melibatkan emosi, kreatifitas, dan dimensi-dimensi kemanusiaanlainnya selain hal-hal metodis seperti prinsip dan aturan dalam mendidik dan mengasuh.
Berkaitan dengan kemampuan mendidik di Indonesia telah diatur dalam UU no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pemahamanterhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Melalui kompetensiini pendidik dituntutuntuk memiliki kemampuandan trampil dalam melihat karakteristik peserta didik dari berbagai aspekkehidupan, baik itu moral, emosional maupun intelektualnya. Implikasi dari kemampuan ini tentunya dpat terlihat dari kemampuan pendidik dalam menguasai prinsip-prinsip belajar mulai dari teori belajar hingga penguasaan bahan ajar.
Mengapa kompetensi pedagogik menjadi kompetensi yang penting dalam profesi sebagaipendidik? Hal tersebutdikarenakan kompetensi pedagogikmerupakan kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan memilihberbagai tindakan yang paling baik untuk membantuperkembangan peserta didik. Kompetensi pedagogikakan menghindarkan seorangpendidik profesional melakukan kegiatan pembelajaran yang bersifat monoton dan bersifat demagogik, dan membuat peserta didik kehilangan minat serta daya serap dan konsentrasi belajarnya.
Saudara mahasiswa, dalam rangka menghadapi era disrupsi abad 21 dan revolusi industri4.0 seorang pendidikdituntut untuk mampu beradaptasi menghadapi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuam yang luarbiasa sehingga diperlukan pendidikyang mampu bersaingbukan hanya kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak. Guru yang kompetenadalah guru yang menguasai softskill atau pandai berteori saja, melainkan juga kecakapan hardskill. Adanya keseimbangan kompetensi tersebut menjadikan guru sebagai agen perubahan mampu menyelesaikan masalah pendidikan atau pembelajaran yang dihadapi sebagai dampak kemajuan zaman. Pendidik yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah pendidik yang profesional yang memiliki kualifikasi akademikdan memiliki kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosialyang berkualitas dan seimbang antara softskill dan hardskill. Untuk mempelajari lebih lanjut materi tentang konsep dan rasional landasan pendidikan Anda dapat mengakses link berikut: http://bit.ly/36IURE7
b. Landasan Ilmu Pendidikan
Setelah Anda memahami konsep dan rasionalilmu pendidikan, pembahasankita selanjutnya adalahmengenai landasan ilmu pendidikan. Anda pasti tidakasing lagi dengan kata “landasan” bukan? landasan mengandung arti sebagai dasar atau tumpuan. Istilah landasan dikenalpula sebagai fondasi.Mengacu pada arti kata tersebut maka dapat dipahamibahwa landasan merupakansuatu dasar pijakanatau fondasi tempat berdirinya sesuatu.Berdasarkan sifatnya, landasandibedakan menjadi dua jenis yaitu landasan yang bersifat material dan konseptual (Robandi, 2005: 1). Landasan materiallebih bersifat fisik atau berwujudseperti sarana prasarana, peserta didik, dan lingkungan, sedangkan landasan konseptual lebihbersifat asumsi atau teori-teori, contohnya adalah UUD 1945 dan teori pendidikan. Dengan berpegang teguh pada landasanpendidikan yang kokoh, setidaknya kesalahan-kesalahan konseptual dalam pendidikan yang merugikan dapatdihindari, sehingga pada praktiknya pendidikan dapat berjalan sebagaimana fungsinya dan dapatdipertanggungjawabkan. Dalam praktikpendidikan, sebagai pendidik
profesional semestinya mampu melaksanakan peranan sesuai semboyan “tut wuri handayani”. Untuk itu para guru idealnya memahami dan meyakini asumsi-asumsi dari semboyan tersebut. Sebab jika tidak, sekalipun tampaknya pendidik tersebut sepertimelaksanakan peranan sesuai semboyan “tut wuri handayani” namun perbuatannya tidak mencerminkan daris emboyan tersebut.Bahkan mungkin bersikapbertentangan, misalnya pendidiktidak menghargai perbedaandan keunikan yang dimiliki oleh peseta didik dan merasa sebagai penguasa tunggal dalam pembelajaran. Sebaliknya, jika pendidik memahami dan meyakini asumsi- asumsi dalam semboyan “tut wuri handayani”, yaitu kodrat alam dan kebebasan siswa, maka pendidik akan dengan sadar dan mantap melaksanakan peranannya. Berdasarkan contoh tersebut jelas kiranya bahwa asumsi atau landasan pendidikan akanberfungsi sebagai titik tolak atau acuan bagi para pendidikprofessional dalam melaksanakan praktik pendidikan. Pada bagian ini, Anda akan belajar mengenai macam-macam landasan konseptual ilmu pendidikan yang terdiri dari landasan filosofis, landasan empiris, yuridis, dan landasan religi.
1) Landasan Filosofis
Landasan filosofis pendidikan adalah pandangan-pandangan yang bersumber dari filsafat pendidikan mengenai hakikat manusia, hakikatilmu, nilai serta perilaku yang dinilai baik dan dijalankan setiap lembaga pendidikan. Filosofis artinya berdasarkan filsafat pendidikan (Umar & Sulo 2010: 97). Filsafat (philosophy) berasal dari kata philos dan shopia.Philos berarti cinta dan shopia berarti kebijaksanaan, pengetahuan dan hikmah dalam Rukiyati (2015: 1). Filsafatmenelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupandan dunia. Dalam pendidikan yang menjadi pokok utama adalah manusia, maka landasan filosofis pendidikan adalah untuk menjawabapa sebenarnya hakikatmanusia. Berdasarkan sudutpandang pedagogik, sebagaimana dikemukakan oleh M.J Langeveld (1980) pendidikan berlangsung dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak atau orang yang belumdewasa dalam suatu lingkungan. Anak atau orang yang belum dewasa adalahsebagai sesuatu “kemungkinan”
yang pada dasarnyabaik. Menurut Langevelddalam perjalanannya manusia bisa menjadi baik atau tidak baik, sehingga pendidikanlah yang memiliki andil untuk menjadikannya baik.
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kepribadian individu yang lebih baik (pedagogik) dan ke arah yang positif.Pendidikan sama sekali bukan untuk merusak kepribadian anak atau membawamereka ke arah yang negatifseperti memberi bekal pengetahuan atau keterampilan bagaimana menjadi penjahat, pencuridan sebagainya (demagogik). Teori- teori pendidikan seperti essensialisme, behaviorsisme, perenialisme, progresivisme, rekronstruktivisme dan humanisme merupakan teori yang berdasarkan pada filsasat tertentu yang akan mempengaruhi konsep dan praktik pendidikan (Umar & Sulo 2010: 88).
Esensialisme merupakan mahzab filsafatpendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara eklektis. Berdasarkan eklektisme tersebutmaka esensialisme menitik-beratkan penerapan prinsip-prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan prinsip- prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasar tinjauan yang realistis seperti dalam bidang matematika, karena matematika adalah alat menghitung dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata.
Perenialisme hampir sama dengan essensialisme, tetapi lebih menekankan pada keabadian atau ketetapan atau kenikmatan yaitu hal-hal yang ada sepanjangmasa (Imam Barnadib1988:34). Perenialisme mementingkan hal-hal berikut: (a) pendidikan yang abadi; (b) inti pendidikan yaitu mengembangkan keunikan manusia yaitu kemampuan berfikir; (c) tujuan belajar yaitu untuk mengenal kebenaran abadi dan universal; (d) pendidikan merupakan persiapan bagi hidup yang sebenarnya; (c) kebenaran abadi diajarkan melalui pelajaran dasar yang mencakupbahasa, matematika, logika dan IPA dan Sejarah.
Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusiaakan mengalami perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan pendidikan
progresif mengembangkan teori pendidikan yang berdasar pada beberapa prinsip. Progresivisme menggunakan prinsip pendidikan sebagai berikut :
(a) Proses pendidikan ditemukan dari asal, tujuan dan maksud yang ada pada siswa termasuk di dalamnya minat siswa; (b) siswa itu aktif bukan pasif; (c) peran guru sebagai penasehat, pemberi petunjuk, dan mengikuti keinginan siswa, bukan otoriterdan direktur di kelas; (d) sekolah merupakanbentuk kecil dari sebuah masyarakat; (e) aktifitas kelas berpusat pada problem solving bukanmengajarkan berbagai mata pelajaran; (f) suasana sosial kelas kooperatif dan demokratis.
Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progesif dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini di sekolah tetapi haruslah mempelopori masyarakat ke arah masyarakat baru yang diinginkan. Dalam pengertian lain, rekonstruksionisme adalah mahzab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah atau lembaga pendidikan sebagaipelopor perubahan masyarakat.
Behaviorisme memiliki beberapa akar atau sumber ideologi atau filsafat yaitu realisme dan positivisme. Behaviorisme pendidikan memandang perilaku siswa ditentukan oleh stimulus dan respon. Tokoh dari konsep ini adalah Pavlov,Skinner dan Thorndike. Humanisme merupakan kelanjutan dari prinsip progresivisme karena telah menganut banyak prinsip dari aliran tersebut seperti pendidikan yang berpusat pada siswa, guru tidak otoriter fokus terhadap aktivitas dan partisipasi siswa.
Pancasila sebagaimana yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan filosofis pendidikan Indonesia (Arif Rohman, 2013). Hakikat hidup Bangsa Indonesia adalah berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan perjuangan yang didorong oleh keinginan luhur untuk mencapai dan mengisi kemerdekaan, selanjutnya yang menjadi keinginan luhurBangsa Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 2 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang“Sistem Pendidikan Nasional”menjelaskan bahwa
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tujuan pendidikan Bangsa Indonesia yaitu pembentukan manusia Indonesia yang ideal yaitu manusia seutuhnyayang diwarnai oleh sila-sila Pancasila. Manusia ideal adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudipekerti luhur, memilikipengetahuan dan keterampilan, kesejahteraan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan ini mengoperasionalkan manusia Indonesia seutuhnya dan juga mengoperasionalkan wujud sila- sila dalam diri pesertadidik. Perlu ditegaskan bahwa pengamalan Pancasiladalam bidang pendidikan seharusnya menyeluruh dan utuh mencerminkan lima sila dalam Pancasila sebagai yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Sedangkan ketetapan MPR RI No II/1978tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila menegaskan pula bahwa pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud BangsaIndonesia dan masyarakat yang dianggap baik. Sumber dari seluruh sumber nilai yang diyakini menjadi pangkal serta bermuaranya setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan. Dengan kata lain, pancasila sebagai sumber sistem nilai dalam pendidikan.
Seperti kita ketahui bahwa pendidikan itu memiliki objek telaah, bertujuan, memiliki kegiatan dan metode, yang secara detaildibahas dalam filsafat ontologi, aksiologi dan epistemologi. Secara ontologi pendidikan memiliki objek telaah yang riil yaitu manusia. Ontologi sendiri diartikan sebagai suatu cabang filsafat atau ilmu yang mempelajari suatu yang ada atau berwujudberdasarkan logika sehiggadapat diterima oleh akal manusiayang bersifat rasionaldapat difikirkan dan sudah terbuktikeabsahaanya. Aspek ontologidari pendidikan haruslahdiuraikan secara
metodis, sistematis, koheren,rasional, komprehensif, radikal,serta universal.
Jika dilihat dari sudut pandangfilsafat aksiologi, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan ke arah yang positif. Aksiologi sendiridapat diartikan sebagaiilmu yang mempelajari tentang tujuan ilmu pengetahuan atau hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan. Aksiologi juga dipahami sebagai teori nilai yang menggunakan penilaian etika dan estetika. Etika berfokus pada perilaku, norma dan adat istiadat manusia, sedangkan estetika membahas tentangnilai keindahan. Suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifatselaras serta berpolabaik melainkan harus juga mempunyaikepribadian.
Epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber,metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Objek material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakekat pengetahuan. Landasan epistimologi pendidikan adalah pandangan-pandangan yang bersumber dari cabang filsafat epistimologi yang disebut juga teori mengetahui dan pengetahuan (Kadir, 2015). Epistimologi erat kaitannya dengan pendidikan khususnya untukkegiatan belajar mengajardi kelas. Epistimologi membahas konsep- konsep dasar yang sangat umum dari proses mengetahui sehingga erat kaitannya dengan metode pengajaran dan pembelajaran.
Guru-guru di dalam kelas memberikan berbagai jenis pengetahuan sesuai dengan disiplin ilmunyamasing-masing. Dalam praktikpembelajaran alangkah baiknya apabila guru mengetahui berbagai jenis pengetahuan yang diberikannya, apa sumber pengetahuan tersebut dan bagaimana tingkat kepercayaan terhadap pengetahuan tersebut. Hal ini akan membantu guru untuk menyeleksi bahan ajar dan penekananya pada materi tertentu dalam mengajar.
Terdapat empat jenis pengetahuan menuruttaksonomi Bloom (LorinW Anderson & David R. Krathwohl, 2010). Jenis-jenis pengetahuan
tersebut meliputi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa ketika akan mempelajari disiplinilmu atau menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Pengetahuan faktual terdiri dari dua sub jenis: (a) Pengetahuan tentangterminologi. Pengetahuan ini melingkupi pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan nonverbal (misalnya, kata, angka, tanda dan gambar),(b) Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi dan semacamnya. Pengetahuan ini meliputi informasiyang mendetail dan spesifik.
Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi dan hubungan antar dua atau lebih kategori atau klasifikasi pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan konseptual meliputiskema, model mental, atau teori yang implisit atau eksplisit dalamberagam model psikologi kognitif.Pengetahuan konseptual terdiridari tiga sub jenis: (a) Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori. Pengetahuan ini meliputikategori, kelas, divisi dan susunanyang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Perlunya klasifikasi dan kategori dapat digunakan untuk menstrukturkan dan mensistematisasikan fenomena. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori lebih umum dan sering lebih abstrak daripada pengetahuan tentang terminologi dan fakta-fakta yang spesifik.
(b) Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi. Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Umumnyamerupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplinilmu dan digunakanuntuk mengkaji fenomenaatau menyelesaikan masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi mencakuppengetahuan tentang abstraksi-abstraksi tertentu yang meringkas hasil- hasil pengamatan terhadapsuatu fenomena. (c) Pengetahuan tentangteori, model, dan struktur. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi serta antara keduanyayang menghadirkan pandangan
yang jelas, utuh dan sistemik tentang sebuah fenomena, masalah, atau materi kajian yang kompleks.Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakuppengatahuan tentang berbagaiparadigma, epistemologi, teori dan model yang digunakan dalam disipin-disiplin ilmuuntuk mendeskripsikan, memahami,menjelaskan dan memprediksi fenomena.
Pengetahuan prosedural meliputi bagaimana melakukan sesuatu, mempraktikkan metode-metode penelitian, dan kriteriakriteria untuk menggunakan ketrampilan, algoritma, teknik dan metode. Pengetahuan prosedural bergulat dengan pertanyaan “bagaimana”, dengan kata lain pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang beragam proses. Pada pengetahuan ini terdiri dari tiga subjenis: (a) Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentudan algoritme. (b) Pengetahuan tentanteknik dan metode dalam bidang tertentu. Pengetahuan ini mencakuppengetahuan yang umumnyamerupakan hasil konsensus, kesepakatan atu ketentuan dalam disiplin ilmu, bukan hasil pengamatan atau eksperimen atau penemuan langsung. Pada umumnya pengetahuan ini menunjukkan bagimana para ilmuan dalam bidang mereka berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah, bukan hasil penyelesaian masalah atau pemikiran. (c) Pengetahuan tentang kriteriauntuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan tentangkognisi secara umum dan kesadarandan pengeahuan tentangkognisi diri sendiri.Pada pengetahuan ini meliputi tiga subjenis.
(a) Pengetahuan strategis. Pengetahuan strategis merupakan pengetahuan perihal strategi-strategi belajar dan berpikir serta pemecahan masalah.Pengetahuan ini mencakupstrategi-strategi umum umum untuk menyelesaikan masalah (problem solving) dan berpikir. (b) Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif. (c) Pengetahuan diri. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam kaitannya kognisidan belajar.
2) Landasan Yuridis
Landasan yuridis pendidikan adalah aspek-aspek hukum yang mendasaridan melandasi penyelenggaraan pendidikan (Arif Rohman,2013). Pendidikan tidak berlangsung dalam ruang hampa melainkan ada dalam lingkungan masyarakat tertentu dengan norma dan budaya yang melekat di dalamnya. Oleh karena itu, pendidikan melekatpada masyarakat, kemudianmasyarakat tersebut menginginkan pendidikan yang sesuai dengan latar belakangnya. Supaya pendidikan tidak melenceng dari jalurnya maka perlu diatur dalam regulasi yang berlaku di masyarakat/negara. Sistem pendidikan di Indonesia diatur oleh Undang- Undang Dasar 1945 yang kemudian dijabarkan dalam peraturan-peraturan hukum lainnya seperti,Undang-Undang Dasar RepublikIndonesia, ketetapan MPR. Undang-Undang, PeraturanPemerintah pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, KeputusanPresiden dan peraturan pelaksana lainnya seperti Peraturan Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lain. Aturan sistem pendidikan tersebut tetap didasarkan pada falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Berikut ini beberapa landasan hukum sistem pendidikan di Indonesia (Hasbullah, 2008):
a) Pasal 31 UUD 1945 tentang Pendidikan Nasional
(1) Ayat 1 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
(2) Ayat 2 menyatakan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
(3) Ayat 3 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
(4) Ayat 4 menyatakan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD
untuk memenuhi kebutuhanpenyelenggaraan pendidikan nasional.
(5) Ayat 5 menyatakan bahwa pemerintah memajukanilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia
b) Undang-Undang tentangpokok pendidikan dan kebudayaan
(1) UU No 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 dan 2
(a) Ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan prosespembelajaran agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsadan negara.
(b) Ayat 2 menyatakan bahwa pendidikan nasionalialah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1045 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
(2) UUNo 14 Tahun 2005 tentangGuru dan Dosen.Undang-undang ini memuat 84 pasal tentang ketentuan profesi guru dan dosen di Indonesia
(3) UU No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
c) Peraturan Pemerintah
(1) Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 tentang StandarNasional Pendidikan (SNP).
(2) Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2006 tentang standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
(3) Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2006 Tentang StandarKompetensi Lulusan.
(4) Peraturan Pemerintah No 74 Tahun2008 Tentang Guru.
(5) Peraturan MenteriNo. 13 Tahun 2007 TentangKepala Sekolah.
(6) Peraturan Menteri No 16 Tahun 2007 dan No 32 Tahun 2008 tentangGuru.
(7) Peraturan Menteri No 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan.
(8) Peraturan MenteriNo 20 Tahun 2007 tentangStandar Penilaian.
(9) Peraturan Menteri No 24 Tahun 2007 dan Permen No. 33 Tahun 2008tentang Standar Sarana dan Prasarana.
(10) Peraturan MenteriNo 41 Tahun 2007 tentangStandar Proses.
(11) Peraturan MenteriNo 47 Tahun 2008 tentangStandar Isi.
(12) Peraturan MenteriNo 24 Tahun 2008 tentangTU.
(13) Peraturan MenteriNo 25 Tahun 2008 tentangPerpustakaan.
(14) Peraturan MenteriNo 26 Tahun 2008 tentang Laboratorium.
3) Landasan Empiris
a) Landasan Psikologis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan, yang pemanfaatannya untuk kepentingan individu atau manusia baik disadariataupun tidak, yang diperoleh melaluilangkah-langkah ilmiah tertentu serta mempelajari penerapan dasar-dasar atau prinsip- prinsip, metode, teknik, dan pendekatan psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan (Santrock, 2017). Proses kegiatan pendidikan melibatkan kegiatan yang menyangkut interaksikejiwaan antara pendidikdan peserta didikdalam suasana nilai- nilai budaya suatu masyarakat yang didasarkan pada nilia-nilai kemanusiaan. Pendidikan selalu melibatkan aspek- aspek yang tidak dipisahkan satu sama lain yaitu aspek kejiwaan, kebudayaan, kemasyarakatan, norma-norma, dan kemanusiaan.
Landasan psikologi dalam pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari studi ilmiah tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentuuntuk mengenali dan menyikapi manusiayang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan (Robandi,2005:25). Pendidikan harus mempertimbangkan aspek psikologi pesertadidik sehingga pesertadidik harus di pandang sebagaisubjek yang akan berkembang sesuaidengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Sekurang- kurangnya terdapat tiga prinsip umum perkembangan peserta didik sebagai manusia yaitu (1) perkembangan setiap individu menunjukan perbedaan dalam kecepatan dan irama; (2) perkembangan berlangsung relatif, teratur dan (3) perkembangan berlangsung secara bertahap.
Landasan psikologi pendidikanmencakup dua ilmu yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologiperkembangan adalah ilmu-ilmuyang mempelajari tingkahlaku individu dalam perkembangannya meliputiperkembangan fisik, psikologi, sosial, emosional, emosi dan moral.Terdapat tiga teoripendekatan tentang perkembangan menurut Syaodih (2004) yaitu (1) Pendekatan Pentahapan. Perkembangan individu berjalanmelalui tahapan-tahapan tertentu.Pada setiap tahap memiliki ciri-cirikhusus yang berbedadengan ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain. (2) Pendekatan Diferensial. Pendekatan ini memandang individu- individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang membuatkelompok-kelompok. Anak- anak yang memilikikesamaan dijadikan satu kelompok. Makaterjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuanintelek, bakat, ras, agama, statussosial ekonomi, dan sebagainya. (3) Pendekatan Ipsatif.Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebutsebagai pendekatan individual
(melihat perkembangan seseorangsecara individual). Dari ketiga pendekatan ini, yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan. Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu yang bersifatmenyeluruh dan yang bersifat khusus.Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan. Sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbangkan faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
Menurut Piaget terdapat empat perkembangan kognisianak (Budingsih, 2004)yaitu (1) periodesensori motor pada usia 0-2 tahun, pada usia ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks (2) periode praoperasonal yaitu usia 2-7 tahun, perkembangan bahasa pada usia ini sangat pesat,peranan intuisi dalam memutuskan sesuatumasih besar, (3) periode operasi konkret usia 7-11 tahun, anak sudah dapat berpikir logis, sistematis dan memecahkan masalahyang bersifat konkret. (4) peirode operasi formal usia 11-15 tahun anak-anak sudah dapat berpikir logis terhadap masalah baik yang bersifat konkret maupun abstrak. Anak pada tahap ini dapat membentuk ide- ide dan masa depannya secara realistis. Selanjutnya menurut Bruner (Budiningsih, 2004) perkembangan kognisi anak meliputi (1) tahap enaktif, anak melakukan aktivitas-aktivias dalam upaya memahami lingkungan. (2) tahap ikonik,anak memahami dunia melalui gambaran-gambaran dan visualiasi verbal. (3) tahap simbolik, anak telah memiliki gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika.
Perkembangan kognisi menurut Lawrence Kohlberg (Syaodih, 2004) yaitu:
(1) Tingkat Prekonvensional
(a) Tahap orientasi kepatuhan dan hukuman, seperti kebaikan, keburukan, ditentukan oleh orang itu dihukum atau tidak.
(b) Tahap orientasi egois yang naif, seperti tindakan yang betul ialah yang memuaskan kebutuhan seseorang.
(2) Tingkat Konvensional
(a) Tahap orientasi anak baik, seperti perilaku yang baik adalah bila disenangi orang lain.
(b) Tahap orientasi mempertahankan peraturandan norma nanasosial, seperti perilaku yang baik ialah yang sesuai dengan harapan keluarga, kelompok atau bangsa.
(3) Tingkat Post-Konvensional
(a) Tahap orientasi kontrak sosial yang legal, yaitu tindakanyang mengikuti standarmasyarakat dan mengkonstruksi aturan baru.
(b) Tahap orientasi prinsip etika universal, yaitu tindakan yang melatih kesadaranmengikuti keadilan dan kebenaran universal.
Terdapat delapan tahap perkembangan Afeksi menurut Erikson yaitu (1) bersahabat versus menolak pada umur 0 -1 tahun, (2) otonomiversus malu dan ragu-ragu pada umur 1 -3 tahun,(3) Inisiatif versusperasaan bersalah pada umur 3 -5 tahun (4) PerasaanProduktif versus rendah diri pada umur 6 -11 tahun, (5) Identitasversus kebingungan pada umur 12 – 18 tahun, (6) Intim versus mengisolasi diri pada umur 19 – 25 tahun, (7) Generasi versuskesenangan pribadi pada umur 25 – 45 tahun, (8) Integritas versusputus asa pada umur 45 tahun ke atas.
Psikologi belajar membahas tentangfaktor-faktor yang mempengaruhi individu belajar dan bagaimana individu belajar yang dikenal dengan istilah teori belajar (Pidarta, 2007). Psikologi belajar yang berkembang sampai saat ini, pada dasarnyadapat dikelompokan menjadi3 kelas, antara lain:
(1) Teori disiplindaya/disiplin mental (facultytheory).
Menurutteori ini anak sejak dilahirkan memiliki potensi atau daya tertentu (faculties) yang masing–masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi/daya mengingat, daya berpikir,daya mencurahkan pendapat,daya mengamati, daya memecahkan masalah,dan sejenisnya.
(2) Behaviorisme.
Dalamaliran behaviorisme ini, terdapat 3 rumpun teori yang mencakup teori koneksionisme/asosiasi, teori kondisioning, dan teori operant conditioning (reinforcement). Behaviorisme menganggap bahwa perkembangan individu tidak muncul dari hal yang bersifat mental, perkembangan hanya menyangkut hal yang bersifatnyata yang dapat dilihat dan diamati. Belajarmerupakan upaya untuk membentuk hubunganstimulus – responseoptimal mungkin. Tokoh utama teori ini yaitu Edward L. Thorndike.
(3) Organismic/Cognitive Gestalt Field.
Menurutteori ini keseluruhan lebih bermakna daripadabagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai makhluk yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara keseluruhan, hubunganini dijalin oleh stimulus dan respon. Stimulus yang hadir diseleksi menurut tujuannya, kemudian individu melakukaninteraksi dengannya terus-menerus sehingga terjadi suatu proses pembelajaran. Belajar menurut teori ini bukanlahsebatas menghapal tetapimemecahkan masalah, dan metode belajaryang dipakai adalah metode ilmiahdengan cara anak didik dihadapkan pada suatu permasalahan yang cara penyelesaiannya diserahkan kepada masing-masing anak didik yang pada akhirnya peserta didik dibimbing untuk mengambil suatukesimpulan bersama dari apa yang telah dipelajari.
b) Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis bersumber pada norma kehidupanmasyarakat yang dianutoleh suatu bangsasehingga tercipta nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhioleh masing-masing anggota masyarakat (Robandi, 2005: 26). Di dalam masyarakat terdapat struktur sosial dan dalam struktur tersebut setiap inividu menduduki status dan peran tertentu. Sumantri dan Yatimah (2017) menjelaskan bahwa masyarakat dapat diidentifikasi melalui lima unsur yaitu:a) adanya sekumpulan manusia yang hidupbersama,
b) melakukan interaksi sosial dalam waktu yang lama, c) saling bekerjasama, memiliki keturunan, dan berbagai macam kebutuhan, d) memiliki kesadaransebagai suatu kesatuanatau unity, e) suatu sistemhidup bersama yang menghasilkan kebudayaan sehingga masing- masingindividu merasa terikat satu sama lain.
Manusia pada hakikatnya sebagai makhluk bermasyarakat dan berbudaya, oleh karena itu masyarakat menuntutsetiap individu mampu hidup demikian.Namun karena manusiatidak secara otomatismampu hidup bermasyarakat dan berbudaya maka masyarakat melakukan pendidikan atau sosialisasi dan atau enkulturasi. Dengan demikiandiharapkan setiap individumampu hidup bermasyarakat dan berbudaya sehingga tidak terjadi penyimpangan tingkah laku terhadp sisten nilai dan norma.
Dalamkonteks pendidikan MenurutBloom (1956) Manusiasebagai bagian dari masyarakat mengalami perkembangan perilaku individuyaitu pada kawasankognitif, psikomotor, dan afektif. Kawasan kognitif adalah segala upaya yang mencakup aktivitas otak. Kawasan afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, motivasi dan sikap. Dan kawasan psikomotor meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuanfisik. Pada kawasankognitif
terdapat tingkatan ranah belajar yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesisdan evaluasi. Pada kawasan afektifterdiri dari ranah yang behubungan dengan respons emosionalterhadap tugas yaitupenerimaan, partisipasi, penilaianatau penentuan sikap,organisasi dan pembentukan pola hidup. Pada kawasan psikomotor yang berkaitan dengan keterampilan jasmaniterdiri dari ranah persepsi, kesiapan, gerakan yang terbimbing gerakan yang terbiasa, gerakan yang komplek,penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Agar manusia mampu hidup bermasyarakat dan berbudaya maka perlu ada keseimbangan antar kawasan kognitif,afektif dan psikomotor sebagai wujud dari pengembangan karakter.Pengembangan karakter dilakukansecara sistematis dan berkesinambungan melaluipendidikan yang lebih menonjolkan kawasan-kawasan afektif dan psikomotor melalui penekanan bagaimanamengevaluasi perilaku, akhlak dan moral daripada menonjolkan kawasan kognitif semata.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat. Ciri dari paham integralistik adalah (1) kekeluargaan dan gotong royong kebersamaan, musyawarah mufakat; (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat; (3) negara melindungi warga negaranya; (4) selaras dan seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu pendidikan di Indonesia tidakhanya meningkatkan kualitasmanusia secara individumelainkan juga meningkatkan kualitas struktur masyarakatnya.
Kajian sosiologi tentang pendidikan pada dasarnya mencakup semua jalur pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan berlangsung dalam lingkungan keluarga, lingkungan perguruan/sekolah dan lingkungan masyarakat (Rahmat, 2012:52). Ketiga lingkungan pendidikan tersebut memberipengaruh yang dapat mengarah positif maupun negatif,sehingga lingkungan pendidikan
berperan menjadi pusat berlangsungnya pendidikan untuk pertumbuhan dan perkembangan pesert didik. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga). Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertamabagi perkembangan individu anak, karena sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga.Awal pendidikan anak sebenarnya diperolehmelalui keluarga, dalam dunia pendidikan disebut pendidikan informal.Pembelajaran yang terjadidi dalam keluarga terjadi setiap hari pada saat terjadi interaksi antara anak dengan keluarganya. Peran orangtua menjadipanutan bagi anak-anaknya. Dalam keluarga, orangtua mempunyai peran yang sangat pentingdalam membentuk dan mengembangkan karakterdan kepribadian anak.
Sekolah sebagai institusi sosial merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajarsecara formal ataudisebut juga dengan pendidikan formal.Sekolah memiliki fungsisebagai alat untuk melakukan perubahan-perubahan (agent of change), sesuai dengan tuntutan zaman. Sekolah berfungsi sebagai alat untuk mengintrodusir nilai-nilai baru yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitashidup dan kehidupanmasyarakat tanpa meninggalkan nilai lama yang perlu dipertahanlan agar dapat diadopsioleh masyarakat, demi mengadaptasi perkembangan teknologi dan pengetahuan, yang pada akhirnyabertujuan agar kehidupan masyarakat lebih berkualitas.
Tugas utama sekolah yaitu berupaya untuk menciptakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien untuk mengantarkan peserta didik mencapai prestasi yang memuaskan. Sekolah sebagai sistem sosial adalah suatu upaya untuk memahami tujuan, peran, hubungan dan perilakuberbagai komponen pendidikan di sekolah dalamsetting
sosial. Terdapat dua elemen dasar sekolah sebagai sistem sosial yaitu
(1) institusi, peran dan harapan dalam menentukan norma bersama atau dimensisosial, (2) individual, personalitas dan pemenuhankebutuhan yang merupakandimensi psikologis. Sekolahsebagai sistem sosial diharapkan mampu mencapai moral kerja anggotaorganisasi yang efektif,efisien dan memuaskanmelalui integrasi kebutuhan individu dan kebutuhan organisasi.
Masyarakat sebagai media transformasi sosial dapat dikatakan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan manusiayang saling berinterkasi dalam suatu hubungan sosial. Anak dalam pergaulannya di dalam masyarakat tentu banyak berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung.Secara langsung misalnyaanak bermain denganteman-temannya di luar rumah, sedangkansecara tidak langsungmisalnya anak melihatkejadian-kejadian yang dipertontonkan oleh masyarakat. Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah dan tersedianya sarana prasarana, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluargadan atau masyarakat sehingga pendidikan merupakantanggung jawab bersama antara pemerintah (sekolah), keluarga dan masyarakat. Hal ini berarti orang tua murid dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk ikut berpartisipasi dan memberikan dukungandalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Terdapat hubungan saling menguntungkan antara sekolah denganmasyarakat yaitu dalam bentuk hubungansaling memberi, saling melengkapi, dan saling menerimasebagai partner. Sekolahpada hakekatnya mempunyaifungsi ganda terhadapmasyarakat yatiu sebagai agen pembaharuan bagi masyarakat sekitarnya dan memberi pelayanan. Dengan hubungan yang harmonis tersebutterdapat beberapa manfaat pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakatyaitu (1) memperbesar dorongan mawas diri yaitu pengawasan terhadap kualitas penyelenggaraan pendidikan oleh masyarakat
melalui dewan pendidikan dan komite sekolah,(2) meringankan beban sekolah dalam memperbaiki serta meingkatkan kualitaspenyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah, (3) opini masyarakat terhadap sekolah alan lebihpositif dan benar,(4) meningkatkan upayapeningkatan profesi mengajar guru, (5) masyarakat akan ikut serta memberikan kontrol/koreksi terhadap sekolah, (6) dukungan moral masyarakat akan tumbuh terhadap sekolah sehingga memudahkan mendapatkan bantuan materialdan penggunaan berbagaisumber termasuk nara sumber dari masyarakat. Sedangkan bagi masyarakat dengan adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dengan masyarakat maka (1) masyarakat/orang tua akan mengerti tentang berbagai hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan di sekolah,(2) keinginan dan harapan masyarakat dapat mudah disampaikan dan di realisasikan oleh pihak sekolah, (3) masyarakat mendapat kesempatan untuk memberikan saran usul, maupun kritik untuk membantu menciptakan kualitas sekolah.
c) Landasan Historis
Landan historis pendidikan nasional di Indonesa tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia itu sendiri. Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjangsejak zaman Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Dengan kata lain, tinjauanlandasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif. Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentangproses perjalanan pendidikan di Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau.
Dilihatdari pendidikan di masa lampau Indonesia dapatdikelompokan menjadi enam tonggak sejarah (Robandi, 2005) yaitu
(a) pendidikan tradisional yaitu penyelenggaraan pendidikan di
nusantara yang dipengaruhi oleh agama-agama besar di dunia seperti Hindu, Budha, Nasrani dan Nasrani. (b) pendidikan kolonial barat yaitu penyelenggaraan pendidikan dinusantara yang dipengaruhi oleh pemerintah kolonial barat terutama kolonial Belanda (c) pendidikan kolonial jepang yaitu penyelenggaraan pendidikan dinusantara yang dipengaruhi oleh pemerintah kolonial jepang pada masa perangdunia II (d) pendidikan zaman kemerdekaan, (e) pendidikan zaman ordelama dan baru, (f) pendidikan zaman reformasi yaitu penyelenggaraan pendidikan dengan sistem pendidikan desentralisasi. Kondisi historis dari keenam tonggak sejarahpendidikan tersebut mempunyaiimplikasi terhadap penyelenggaraan pendidikannya dalam hal tujuan pendidikan, kurikulum/isi pendidikan, metode pendidikan dan pengelolaanya serta kesempatan pendidikan.
4) Landasan Religi
Landasan religi adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan dan atau studi pendidikan (Hasubllah, 2008). Landasanreligius ilmu pendidikan bertolak dari hakikatmanusia yaitu (1) Manusia sebagaimakhluk Tuhan YME; (2) Manusiasebagai kesatuan badandan rohani; (3) Manusia sebagai makhluk individu, (4) Manusia sebagai makhluk sosial. Manusia adalah mahkluk Tuhan YME. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakankonsekuensi fungsi dan tugas manusiasebagai khilafah dimuka bumi ini. Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran(consciousness) dan penyadaran diri (self-awarness). Oleh karena itu, manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek). Selainitu, manusia bukan saja mampu berpikir tentangdiri dan alam sekitarnya, tetapisekaligus sadar tentangpemikirannya. Namun, sekalipun manusia menyadari perbedaannya dengan alam bahwa dalam konteks keseluruhan alam semesta manusiamerupakan bagian
daripadanya. Oleh sebab itu, selain mempertanyakan asal usul alam semesta tempat ia berada,manusia pun mempertanyakan asal-usul keberadaan dirinyasendiri.
Manusia adalah kesatuan jasmani dan rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, serta mempunyai tujuan. Selain itu, manusia mempunyai potensiuntuk beriman dan bertakwa kepadaTuhan YME dan potensi untuk berbuat baik, potensi untuk mampu berpikir (cipta), potensi berperasaan (rasa), potensi berkehendak (karsa), dan memiliki potensi untuk berkarya. Adapun dalam eksistensinya manusia memiliki aspek individualitas, sosialitas, moralitas, keberbudayaan, dan keberagaman. Implikasinya maka manusia itu berinteraksi atau berkomunikasi, memilikihistorisitas, dan dinamika.
Agar manusia mampu menjadi khalifahyang baik maka memerlukan pendidikan. Pendidikan harus berfungsimemanusiakan manusia. Pendidikan adalah humanisasi, sebagai humanisasi, pendidikan hendaknya dilaksanakan untuk membantu perealisasian/pengembangan berbagaipotensi manusia, yaitu potensi untuk mampu berimandan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbuat baik, hidup sehat, potensi cipta, rasa, karsa dan karya. Semua itu harus dikembangkan secara menyeluruh dan terintegrasi dalam konteks kehidupankeberagamaan, moralitas, individualitas, sosial dan kultural.
Dalamlandasan religius, anak merupakan amanah sekaligus karuniaTuhan YME, yang harus dijaga dan dibina karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagaimanusia yang harus dijunjung tinggi.Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) tentang hak-hakanak. Anak memerlukan pendidikan akhlak yang baik dalam proses tumbuh kembangnya. Jamaluddin (2012) memaparkan bahwa peran orangtua sangat penting dalam membentuk kepribadian anak pada masa yang akan datang.
Dalamrangka pencapaian pendidikan, setiap agama berupayauntuk melakukan pembinaanseluruh potensi manusiasecara serasi dan seimbang, karena dengan terbinanya seluruh potensi manusiasecara sempurna diharapkan ia dapat melakukanfungsi pengabdian sebagaikhalifah di muka bumi. Potensi-potensi yang harus dibinameliputi seluruh potensi yang dimiliki, yaitu potensi spiritual, kecerdasan, perasaan dan kepekaan. Potensi-potensi tersebut merupakan kekayaandalam diri manusiayang berharga. Untuk itu, diperlukan pendidikan untuk membentuk manusia menjadi insan yang mendekati kesempurnaanatau memiliki kepribadian yang utama. Pendidikan bagi anak berupaya untuk memberikan bimbingan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak- anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang landasan ilmu pendidikan dapatdiakses melalui link berikut: http://bit.ly/2rhxLEe
c. Penerapan Landasan Ilmu Pendidikan dalam Praktik Pendidikan
1) Landasan Filosofis
Landasan filosofis pendidikantelah melahirkan berbagaialiran pendidikan yang muncul sebagaiimplikasi dari aliran-aliran yang terdapat dalamfilsafat. Berbagai macam aliran filsafattersebut adalah idealisme,realisme, pragmatisme. Landasan filsafat pendidikan memberikan prespektif filosofis yang seyogyanya merupakan acuan yang dikenakan dalam menyikapi serta melaksanakan kegiatanpendidikan. Oleh karenaitu landasan filsafatpendidikan dibentuk bukan hanya mempelajari tentang filsafat, sejarahdan teori pendidikan, psikologi, sosiologi, antropologi, atau displin ilmu lainnya, akan tetapi denganmemadukan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pendekatan-pendekatanny akepada kerangka konseptual kependidikan. Hal ini untuk mencapaitujuan pendidikan itu sendiri yang seimbang, baik dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.
Landasan filsafatpendidikan tercermin di dalam semua keputusan sertaperbuatan pelaksanaan tugas-tugas pendidik baik instruksional
maupun non instruksioanal. Filsafat memberi rambu-rambu yang memadai dalam merancang serta mengimplementasikan program pendidikan bagi guru dan tenaga pendidikan. Rambu-rambu yang dimaksuddisusun dengan mempergunakan bahan-bahan yang diperoleh dari tiga sumber yaitu pendapat ahli, termasuk yang disangga oleh hasil penelitian ilmiah, analisistugas pendidik serta pilihan nilaiyang dianut masyarakat. Rambu- rambu yang dimaksud yang mencerminkan hasil telaah interpretif, normative dan kritis dirumuskan kedalamperangkat asumsi filosofisyaitu asumsi-asumsi yang memberi rambu-rambu bagi perancang serta interpretatif programyang dimaksud.
2) Landasan Yuridis
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa. Landasanyuridis telah banyak memberikan kontribusi landasan dalam pelaksanaan praktik pendidikan di Indonesia, sebagaicontoh adalah penerapanUU No.20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional(Syarifudin, 2006). Pada pasal 33 UU tersebut mengatur mengenai bahasa pegantar pendidikan nasional Indonesia yaitu menggunakan Bahasa Indonesia, sedangkan bahasa asing digunakan untuk menunjang kemampuan bahasa asing peserta didik dan bahasa daerah digunakan dapat digunakan sebagaipengantar untuk mempermudah penyampaian pengetahuan. Pada pasal 39, 40, 41, 42, 43, dan 44 mengatur tentang pendidik dan tenaga kependidikan, misalnya pada pasal 42 menjelaskan bahwa pendidik harus mempunyai kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
3) Landasan Empiris
a) Landasan Psikologis
Penerapan landasan psikologisdalam praktik pembelajaran, salah satunya dapat dilihat dari layanan pendidikan terhadap anak
dibuat bertingkat berdasarkan perkembangan individu yang bertahap baik perkembangan biologis, kognitif, afektif maupun psikomotor, yang pada setiap perkemangannya setiap individu memiliki tugas-tugas yang harus diselesaikannya. Contoh riil dari hal tersebut adalah penyelanggaraan pendidikan di Indonesia yang berjenjang. Di Indonesia terdapat pendidikan untuk anak usia dini atau PAUD, pendidikan untuk usia di bawah 6 tahun yang dimanakan taman kanak-kanak atau TK, pendidikan sekolah dasar (SD/IT), sekolah menengah pertama (SMP/MTS), menengah atas (SMA/SMK/MA) dan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta,merupakan program pendidikan yang dihasilkan berdasarkan perkembangan peserta didik yang beragam.
b) Landasan Sosiologis
Implikasi landasan sosiologis dalam praktik pendidikan dapat tercermin melaluiadanya struktur sosial di berbagailingkungan pendidikan atau tri pusat pendidikan. Implikasilandasan sosiologis di lingkungan keluargatercermin dengan adanya praktik pola asuh yang turun temurun dalam keluarga. Contoh Orang tua rela berkorban membiayai pendidikan anak- anaknya agar status sosial anak meningkat. Implikasi landasan sosiologis di lingkungan sekolah terlihat melalui adanya badan kerja sama antara sekolahdengan tokoh-tokoh masyarakat, termasuk wakil-wakil orang tua siswa, contoh pembentukan komite sekolah, mengundang nara sumber ke sekolah dari tokoh- tokoh penting di masyarakat sepertiketua adat, atau ketua paguyuban. Di lingkungan masyarakat, implikasi landasan sosiologi tercermin dalam adanya proses interaksi antar individu maupun kelompokdan sosialisasi. Interkasiini menghasilkan budaya, adat dan norma yang berlaku dalam masyarakat seperti norma susila dan asusila. Contoh riil implikasi sosiologi dalampendidikan masyarakat di Indonesia adalah terdapat mata pelajaran
bermuatan lokal (Mulok) di masing-masing daerah sebagai bentuk upaya melesetarikan budaya.
c) Landasan Historis
Salahsatu implikasi landasanhistoris dalam pendidikan adalah lahirnya pancasila, sebelum dirumuskan dan disahkan menjadidasar negara Indonesiasecara obyektif historistelah dimiliki oleh bangsa indonesia, Sehingga asal nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila tidak lain adalah jati diri bangsa indonesia yang berjuang menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup. Contoh implementasi Pancasila dalam praktikpendidikan Nasional Indonesiaadalah Pancasila merupakankonten utama dari mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKN) di sekolahkhususnya untuk jenjangpendidikan SMP yang mencakup dua hal yaitu pertama materi perihal status, kedudukan dan fungsi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegera. Kedua materi perihal isi substansi yang terkandung dalam sila-silapancasila. Selanjutnya contoh lain implikasi landasan historis adalah adanya sembonyan “tut wuri handayani” yaitu semboyan dari Ki Hadjar Dewantara sebagai salah satu peranan yang harus dilaksanakan oleh pendidik dan dijadikan semboyanpada logo Kementerian Pendidikan Nasional.
4) Landasan Religius
Landasan religius dalam bimbingandan konseling mengimplikasikan bahwa konselor sebagai“helper” pemberi bantuanuntuk memiliki pemahaman akan nilai-nilai agama, dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien atau peserta didik. Konselor semestinya menyadari bahwa memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien merupakan salah satu kegiatan yang bernilai ibadah.Agar bantuan layananyang
dilakukan itu bernilai ibadah harus didasarkan kepada keikhlasan dan kesabaran.
Implikasi landasan religius dalam pendidik di sekolah tercermin melalui tugas utama guru yaitu mendidik,mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik. Kegiatanmendidik bagi guru merupakan bagian dari ibadah, karena mendidik merupakankegiatan pengabdian yang secara tidak langsung tertuju kepada Tuhan YME. Tuhan menciptakan manusia tidak lain untuk beribadah. Hal ini yang menjadidasar setiap pendidik dalam kehidupan sehari-hari, demikian juga dalam mendidik anak di sekolah. Anak adalah amanah yang harus dijaga dan dididikdengan nilai-nilai agama.Pendidik juga memilikiperan penting dalam membantu membentuk kepribadian anak pada masa yang akan datang. Contoh penerapan landasan religius di sekolah adalah (1) pemberianmata pelajaran wajib untuk pendidikan agama, (2) guru memberikan pengetahuan agama kepada peserta didiknya sesuai dengan agama/ kepercayaan yang dianutnya, (3) guru mengajarkan hal-hal baik seperti berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, (4) mengarahkan pesertadidik untuk taat kepada Tuhan Yang Maha Esa sepertimelaksanakan ibadah bersamaatau berjamaah di sekolah, (5) Melaksanakan nilai-nilai religius di sekolah dalam pendidikan karakter dan kegiatan keagamaanseperti kegiatan ekstrakulikuler. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang landasan ilmu pendidikan dalam praktik pendidikan anda dapat mengaksesmelalui link berikut:http://bit.ly/34Fd9nL
5. Forum Diskusi
Saudaramahasiswa untuk memperdalam pemahaman Anda mengenaimateri yang telah disampaikan di atas, Coba Anda diskusikan kajian berikut dengan teman-teman kelompok di kelas Anda!
Pak Sigit adalah seorang guru di SMA Negeri di Bandung. Peserta didik yang dihadapioleh beliau memilikiperbedaan latar belakangekonomi,
kultur dan perbedaanpola asuh dari orangtua yang sangat beragam.Bagaimanakah pak Sigit harus mengakomodasi beragamperbedaan tersebut agar praktik pendidikan yang dilaksanakan mampu mengembangkan potensidan mengarahkan peserta didik menajdi lebih baik!
1. Rangkuman
Landasan pendidikan merupakan seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam praktik pendidikan. Melalui studi pendidikan diperoleh pemahaman tentang landasan pendidikan yang akan dijadikan sebagai titik tolak dalam praktik pendidikan yang akan dilaksanakan. Hal tersebut dimulaidengan memahami hakekat manusia, di mana manusia sebagai pelaku utama yang memiliki peran sebagai subjek di dalamnya. Hakekat manusia dapat dilihat dalam beberapa aspek yaitu berdasarkan asal-usulnya manusia sebagai makhlukTuhan, struktur metafisiknya manusia sebagai kesatuan jasmani dan rohani, serta karakteristik danmakna eksistensinya di dunia yang bisa dilihatsebagai makhluk individu,makhluk sosial, makhlukberbudaya, makhluk susila,dan makhluk beragama.Manusia memiliki tanggungjawab untuk membinamasyarakat, memelihara alam lingkungan, membinakerukunan hidup bersama,dan memelihara martabatkemanusiaannya (human dignity), sehingga sepatutnya manusia perlu memiliki kompetensi pedagogik terlebih lagi bagi seorang pendidik. Melalui kompetensi ini pendidik dituntut untuk memilikikemampuan dan trampildalam melihat karakteristik peserta didik dari berbagai aspekkehidupan, baik itu moral, emosional maupun intelektualnya.
Landasan pendidikan sebagai pijakandalam praktik pendidikan diantaranya yaitu landasan filosofis dan epistemologi, landasan yuridis, landasan empiris, dan landasanreligius. Landasan filosofispendidikan adalah pandangan-pandangan yang bersumber dari filsafat pendidikan mengenai hakikat manusia, hakikat ilmu, nilai serta perilaku yang dinilai baik dan dijalankan setiap lembaga pendidikan. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan epistimologi pendidikan adalah pandangan-pandangan yang bersumber dari cabang filsafatepistimologi yang disebut juga teori mengetahui dan pengetahuan.
Landasan empiris terdiri dari landasan psikologis, historis, dan sosiologis. Landasan psikologi dalam pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari studi ilmiah tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentuuntuk mengenali dan menyikapi manusiayang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Landasanhistoris pendidikan nasionaldi Indonesa tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia yang memiliki enam fase. Landasan sosiologis bersumber pada norma kehidupan masyarakat yang dianutoleh suatu bangsa sehingga tercipta nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat. Sedangkan landasan religius adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan dan atau studi pendidikan.
2. Tes Formatif
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah disajikan dalam Kegiatan Belajar 1 di atas, kerjakan tes formatif berikut dengan sungguh-sungguh. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dari pertanyaan berikut:
1. Seorang guru mengajar di dalam kelas dengan metode ceramah sehingga proses pembelajaran lebih terpusat pada guru sedangkansiswa pasif karenahanya mendengarkan. Hal tersebut termasukdalam proses pendidikan yang beraliran….
A. Behavioristik
B. Perenialisme
C. Humanisme
D. Esesnialisme
E. Rekonstuksionisme
2. Tujuan pendidikan Bangsa Indonesia yaitu pembentukan manusia yang ideal. Berikut ini implementasi sila ke 5 dalam pendidikan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut adalah....
A. Guru mengarahkan peserta didik untuk taat terhadapTuhan YME
B. Orang tua memberi contohpada anak untuk tidak melakukandiskriminasi pada siapapun
C. Peserta didik diajarkan untukmencintai dan mengkonsumsi produk dalam negeri
D. Pendidik mengikuti PPG untuk meningkatkan kreativitas dan profesionalitasnya
E. Sekolah melakukan program kegiatanbakti sosial denganmelibatkan peserta didiknya
3. Berikut ini contoh kegiatan yang tergolong ke dalam praktik pendidikan adalah…
A. Ibu Ani sedang membaca buku psikologi pendidikan
B. Ibu Heni dan pak didi sedangberdiskusi tentang pengertian pendidikan
C. Pak Andi sedang mengajarkan konsep “bangun ruang” kepada pesertadidiknya
D. Pak Budi sedang mencari ide untuk memotivasi peserta didiknya agar giat belajar
E. Pak Hajar sedang mendownload file materi Pendidikan Pancasila
4. Sebagai humanisasi pendidikan bukan berartipembentukan manusia (peserta didik) oleh manusia lainnya (pendidik). Sebab asumsinya bahwa manusia atau peserta didik adalah…
A. Manusia merupakan makhluk otonom
B. Pribadi yang berkembang dan berakal
C. Makhluk sosial yang dapat mempengaruhi satu sama lain
D. Makhluk yang memiliki moralsehingga dapat membedakan baik dan buruk
E. Makhluk religius yang diciptakan oleh Tuhan
5. Seorang pendidik perlu memahamilandasan pendidikan. Salah satu manfaatmempelajari landasan pendidikan bagi pendidik adalah
A. Memahami berbagai karakteristik pesertadidik sehingga memandang peserta didik sebagai pribadi yang unik
B. Menumbuhkan sikap berpikir kritispendidik terhadap perkembangan peserta didik
C. Membantu pendidik dalam menentukanmetode pembalajaran yang tepat digunakan dalam situasi tertentu di kelas
D. Meningkatkan perkembangan pola pikir dan pola kerja pendidiktentang bagaimana seharusnya melaksanakan praktek pendidikan
E. Memahami berbagai pasal-pasal dalam UUD dan peraturan yang berlaku di Indoensia terkait dengan pendidikan
6. Beriku ini implikasi landasanhistoris dalam prosespendidikan di Indonesia adalah...
A. Guru melaksanakan perannya sesuaidengan semboyan “tut wuri handayani”
B. Kurikulum pendidikan dikembangkan dengan memperhatikan psiklogiperkembangan peserta didik
C. Pembentukan komite sekolah sebagaibentuk kerjasama antar sekolah denganmasyarakat
D. Guru mengajarkan mata pelajaran bermuatan lokal sesuai dengandaerah tempat mengajarnya
E. Terdapat program Bantuan Operasional Sekolah untuk sekolah-sekolah negeri
7. Pengertian landasandibagi dua yaitu landasan fisikdan konseptual. Berikutini yang termasuk dalam landasan konseptual adalah....
A. Kurikulum dan silabus
B. Pancasila dan UUD 1945
C. Kerangka berfikir
D. Desain bangunan
E. Tujuan pendidikan
8. Pendidikan harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap dan tugas pekermbangan peserta didik. Oleh kareananya pendidikan dilaksanakan denganmengacu pada landasan....
A. Psikologi pendidikan
B. Sosiologi pendidikan
C. Religi pendidikan
D. Ekonomi pendidikan
E. Ilmu pengetahuan dan Teknologi
9. Sila pertama pancalisa adalah keTuhanan YME oleh sebab itu pendidikan hendaknyabertujuan agar pesertadidik beriman dan bertaqwa kepadaTuhan YME. Hal tersebut merupakan contoh
A. Landasan yuridis
B. Landasan psikologis
C. Landasan religius
D. Landasan sosilogis
E. Landasan historis
10. Salah satu tripusat pendidikan bagi anak adalah keluarga. Orang tua yang dalam kesehariannya rajin melaksanakan ibadah sesuai dengan waktu yang ditentukan. Pada hakekatnya menanamkan pada anak...
A. Hak dan kewajiban
B. Kejujuran dan toleransi
C. Gotong royong dan tangung jawab
D. Kedisiplinan dan tanggungjawab
E. Kejujuran dan Tenggangrasa
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban Tes Formatif KB 1 yang terdapatpada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawabanyang benar. Selanjutnya, gunakan rumus berikutuntuk mengetahui tingkatpenguasaan Saudara terhadapmateri Kegiatan Belajar 2.
Arti tingkatpenguasaan : 90 – 100% = baik sekali
80 – 89%= baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila Anda mencapaitingkat penguasaan 80% atau lebih,Bagus ! Saudara dapat meneruskan bagian selanjutnya. Jika masih di bawah 80%, tetap semangat, Saudara harus mengulangi materi dalam Kegiatan Belajar 1, terutama pada bagian yang belum dikuasai.
Komentar
Posting Komentar