Penggolongan masyarakat berdasarkan kriteria tertentu secara horizontal disebut dengan diferensiasi sosial. Apakah diferensiasi sosial itu? Dan bagaimanakah munculnya diferensiasi sosial serta bentuk-bentuk diferensiasi sosial dalam masyarakat? Untuk mengetahuinya, marilah kita pelajari bersama uraian berikut ini.
1. Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial atau pembedaan sosial merupakanperwujudan pembagian sosial atau masyarakat ke dalam kelompok-kelompok atau golongan-golongan secara horizontal, sehingga tidak menimbulkan tingkatan-tingkatan secara hierarkis. Menurut Soerjono Soekanto, diferensiasi sosial adalah variasi pekerjaan, prestise, dan kekuasaan kelompok dalam masyarakat, yang dikaitkan dengan interaksi atau akibat umum dari proses interaksi sosial yang lain. Perwujudan penggolongan masyarakat atas dasar perbedaan pada kriteria-kriteria yang tidak menimbulkan tingkatan-tingkatan antara lain ras, agama, jenis kelamin, profesi, klan, suku bangsa, dan sebagainya.
2. Munculnya Diferensiasi Sosial
Interaksi sosial yang dilakukan individu yang memiliki ciri-ciri fisik dan nonfisik yang berbeda-beda mengakibatkanmunculnya diferensiasi sosial yang membuat individu atau kelompok terpisah dan berbeda satu sama lain.
a. Ciri Fisik
Ciri fisik yang mendorong lahirnya diferensiasi sosial dapat terlihat dengan adanya perbedaan ras, yaitu penggolongan manusia ke dalam golongan tertentu berdasarkan perbedaan fisik yang tampak dari luar (fenotype), seperti warna dan bentuk rambut, warna mata, bentuk bibir, bentuk hidung, bentuk wajah, warna kulit, tinggi badan, dan sebagainya.
b. Ciri Sosial
Ciri sosial terlihat dengan adanya organisasi-organisasi eksklusif yang membatasi keanggotaannya hanya pada level-level tertentu dalam masyarakat. Di sini tersirat sebuah makna bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota melakukan fungsi atau tugas untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan umum.
c. Ciri Budaya
Dalam ciri budaya ini, individu cenderung membedakan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Hal ini terlihat dengan adanya anggapan bahwa kebudayaan atau gelar kesarjanaan luar negeri berbeda dengan kebudayaan atau gelar kesarjanaan dalam negeri. Atau pembagian masyarakat ke dalam suku-suku bangsa seperti Jawa, Bali, Sunda, dan lain sebagainya.
3. Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial
Bentuk-bentuk diferensiasi sosial berdasarkan parameter tersebut akan kita bahas bersama secara lebih mendalam pada ulasan berikut ini.
a. Parameter Biologis
Berdasarkan parameter biologis, kita mengenal tiga bentuk diferensiasi sosial, yaitu diferensiasi ras (racial differentiation), diferensiasi jenis kelamin (sex differentiation), dan diferensiasi umur (age differentiation).
1. Diferensiasi Ras (Racial Differentiation)
Ras adalah pengelompokan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang sama, seperti warna dan bentuk rambut, warna kulit, bentuk hidung, bentuk bibir, ukuran tubuh, ukuran kepala, warna bola mata, dan lain sebagainya.
Menurut Banton, ras merupakan suatu tanda peran, perbedaan fisik yang dijadikan dasar untuk menetapkan peran yang berbeda-beda. Ditambahkannya, ras dapat didefinisikan secara fisik dan sosial. Secara fisik meliputi kondisi fisik yang tampak, seperti warna kulit, bentuk tubuh, dan lain-lain, sedangkan secara sosial menyangkut peran dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan.
Joseph Arthur Gibernean mengemukakan bahwa ada beberapa pandangan yang dapat menimbulkan prasangka terhadap perbedaan ras, yaitu sebagai berikut.
- Suku bangsa liar dapat hidup pada peradaban yang tinggi, apabila bangsa tersebut menciptakan cara hidup lebih tinggi daripada ras yang sama.
- Suku bangsa liar selalu biadab, meskipun pada waktu silam pernah mengadakan hubungan dengan bangsa yang lebih tinggi peradabannya.
- Ras yang berbeda tidak dapat saling memengaruhi.
- Adanya peradaban yang saling memengaruhi dengan kuat, dan peradaban itu tidak akan bercampur.
Diferensiasi jenis kelamin merupakan pembedaan manusia berdasarkan perbedaan jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam masyarakat, pembedaan ini cenderung pada pengertian gender, yaitu pembedaan antara laki-laki dan perempuan secara budaya. Pembedaan ini cenderung pada pembedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya dalam suatu keluarga, peranan seorang laki-laki sebagai kepala keluarga, sedangkan perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga atau yang bertugas mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah tangga.
Di samping itu, perbedaan penilaian antara laki-laki dan perempuan dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
- Secara biologis, fisik pria relatif lebih kuat di-bandingkan dengan fisik perempuan. Hal ini berkaitan dengan produktivitas fisik, terutama dalam hal pekerjaan.
- Secara psikologis, mendidik dan membesarkan anak perempuan relatif lebih sulit dan berat dibandingkan dengan anak laki-laki.
- Adanya pandangan bahwa anak laki-laki adalah penerus garis keturunan keluarga. Pandangan semacam ini, lebih khusus ada dalam masyarakat yang menganut sistem kekerabatan patrilineal, di mana lakilaki memang menjadi penerus garis keturunan keluarga. Contohnya pada masyarakat Jawa dan Batak. Perbedaan tersebut adakalanya menimbulkan konflik peranan antara laki-laki dan perempuan. Konflik peranan tersebut terjadi karena adanya perbedaan sosial antara lain jenis, hak-hak, dan kewajiban yang dijalankan sehubungan dengan kedudukan yang dimilikinya sering bertentangan.
3. Diferensiasi Umur (Age Differentiation)
Selama ini dalam masyarakat kita berkembang suatu anggapan bahwa orang yang lebih tua adalah penentu setiap kebijakan yang berlaku dalam kehidupan bersama dan orang yang berpengaruh adalah orang yang lebih tua. Situasi semacam itu tidak hanya berlaku pada masyarakat tradisional, namun juga pada masyarakat feodal.
b. Parameter Sosiokultural
Berdasarkan parameter sosiokultural, kita mengenal empat bentuk diferensiasi sosial, yaitu diferensiasi agama (religion differentiation), diferensiasi profesi (profession differentiation), diferensiasi klan (clan differentiation), dan diferensiasi suku bangsa (tribal differentiation).
1. Diferensiasi Agama (Religion Differentiation)
Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan agama terwujud dalam kenyataan sosial bahwa masyarakat
terdiri atas orang-orang yang menganut suatu agama tertentu termasuk dalam suatu komunitas atau golongan yang disebut dengan umat. Seperti pada penggolongan yang lainnya, agama juga tidak menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan secara hierarkis, artinya tidak berarti suatu agama tertentu lebih tinggi tingkatannya dari agama yang lainnya.
Lebih tegas, diferensiasi berdasarkan agama ini jangan sampai dijadikan pembeda tingkatan dalam interaksi sosial dalam masyarakat. Karena apabila perbedaan ini dibesar-besarkan, yang terjadi justru ketidakharmonisan dalam hubungan bermasyarakat.
2. Diferensiasi Profesi (Profession Differentiation)
Diferensiasi profesi merupakan diferensiasi yang diciptakan oleh manusia sendiri. Bentuk diferensiasi ini dimaksudkan untuk menggolongkan penduduk berdasarkan jenis profesi atau pekerjaan yang merupakan sumber penghasilan yang dimilikinya. Dalam masyarakat kita mengenal adanya berbagai profesi, seperti TNI, guru, dokter, hakim, dan lain sebagainya sesuai dengan bakat serta keahlian masing-masing. Perbedaan tersebut menyebabkan diferensiasi sosial.
3. Diferensiasi Klan (Clan Differentiation)
Kesatuan terkecil dari kerabat unilateral disebut dengan klan. Dalam klan, masyarakat yang bertalian darah (genealogis) dipengaruhi oleh faktor pertalian darah yang sangat kuat, sedangkan masyarakat yang bertalian dengan faktor teritorial (daerah) hampir tidak tampak. Tiap-tiap orang merasa ada pertalian darah antara satu dengan yang lainnya, sebab mereka merasa satu keturunan (sama leluhurnya).
Klan-klan yang ada dalam masyarakat menganut sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Sistem kekerabatan yang umum berlaku ada tiga macam, yaitu patrilineal, matrilineal, dan bilateral atau parental.
- Sistem Kekerabatan Patrilineal : Sistem kekerabatan patrilineal adalah sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak ayah atau laki-laki. Di negara kita, sistem kekerabatan ini antara lain dianut oleh masyarakat Batak.
- Sistem Kekerabatan Matrilineal : Sistem kekerabatan matrilineal adalah sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak perempuan atau ibu. Di negara kita, sistem kekerabatan ini antara lain dianut oleh masyarakat Minangkabau.
- Sistem Kekerabatan Bilateral atau Parental : Sistem kekerabatan bilateral adalah sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari kedua belah pihak, baik dari laki-laki atau ayah maupun dari perempuan atau ibu. Di negara kita, sistem kekerabatan ini antara lain dianut oleh masyarakat Jawa.
Suku bangsa adalah segolongan manusia yang terikat oleh identitas dan kesadarannya yang diperkuat oleh adanya kesamaan bahasa dan kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa atau ethnic group didefinisikan sebagai suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan persatuan kebudayaan, di mana kesadaran dan identitas tersebut seringkali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Kesamaan bahasa, adat istiadat, maupun kesamaan nenek moyang merupakan ciri dari suatu suku bangsa.
Komentar
Posting Komentar